Senin, 23 Juni 2008

Al Mahdi

Al Mahdi
Akhir-akhir ini, banyak fenomena khususnya di Indonesia yang disana diwarnai dengan pengakuan imam Al mahdi yang berisikan tujuan yang berbeda-beda dari harta, wanita dan tahta. Bukan berarti kita menyangka yang tidak baik terhadap golongan tersebut, akan tetapi suatu kewajaran karena kriteria yang tidak sempurna. Bahkan melenceng jauh atau membikin satu syariat hukum yang menyesatkan. Dapat disimpulkan bahwa mereka yang mengklaim diri sebagai Mahdi, karena suatu tekanan, harta kedudukan ataupun dibai'at ( diangkat dengan perjanjian ) oleh golongannya.
Dalam pembahasan seputar kemunculan imam Mahdi kali ini kita sedikit memberikan pencerahan terhadap syubhat-syubhat yang terselubung dalam benak masyarakat dengan mengenalkan pandangan ulama mengenai siapa imam Mahdi dan apakah dia seseorang yang berkepribadian atau suatu manhaj (system). Nama yang disebut-sebut sebagai imam Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah, dilahirkan di Madinah dan setelah empat puluh tahun di bai'at di Mekkah, kemudian hijrah (pindah) ke Baitulmaqdis, beliau dari keturunan nabi kita Muhammad SAW, bahkan ada yang sedikit berlebihan mengatakan bahwa imam Mahdi dari qabilah Al haddad. Disana ada juga yang mengatakan bahwa ia dari keturunan Abi Sufyan. Ada juga yang berpendapat kalau imam Mahdi adalah nabi Isa AS karena dua-duanya adalah tanda dekatnya hari kiamat.
Disisi lain ada yang berpendapat bahwa imam Mahdi bukanlah seseorang yang berkepribadian tapi sebuah system yang bersifat Mahdawiyah ( memberikan jalan yang lurus bagi umat ). Hadis-hadis tentang Mahdi adakalanya dhaif (lemah) atau dita'wil ( dimaknakan secara tidak dzahir ). Mereka berpendapat bahwa dengan system seperti syariat islam zaman nubuwah (kenabian) itulah yang pantas disebut sebagai Mahdi yang kita tunggu. Pendapat ini juga membuat semua umat akan lebih inisiatif dalam mendirikan manhaj islami yang mungkin saja bersifat Mahdawiyah.
Mereka tidak peduli bahwa pendapat tersebut akan membuat umat mengumpulkan satu golongan dengan manhajnya sendiri dan mereka akan saling berkata kami umat yang selamat dengan manhaj yang benar dan mahdawiyah.
Armansyah dalam situsnya mengatakan secara bahasa, kata Mahdi bermakna memberi petunjuk, dari sana semua individu dapat menjadi Mahdi dan tidak tergantung dengan nama, atau keturunan atau dia akan muncul atau tidak, karena karunia tuhan luas, bahkan dia sudah berada disisi kita selama seseorang tersebut bersifat Mahdi, akan tetapi pendapat ini sangat bertentangan dengan hadis yang menyatakan namanya cocok dengan namaku dan nama bapanya cocok dengan nama bapaku.
Kemudian bagaimana dengan pandangan kita atau sikap kita terhadap orang yang mengaku imam Mahdi ? tentunya bagi yang sudah yakin bahwa dia tidak memenuhi kriteria akan menjauh dan tidak menjadi pengikutnya, serta memberi tahu kepada orang yang itdak mempunyai wawasan tentang imam Mahdi : bahwa orang tersebut sesat atau tidak pantas menjadi ikutan. Sayyid Abdullah baharun (rektor universitas Ahgaff Hadhramaut Yaman) menjelaskan : Sayyid Sa’id Al khan ( menjawab pertanyaan tentang imam Mahdi ) kalian terlalu terburu-buru dengan suatu janji (kemunculan imam Mahdi) padahal sifat seorang yang dilahirkan dengan kriterianya belum ada, kemudian dia menyebut firman tuhan
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنكم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم (النور, 55 )
Beliau mengisyaratkan bahwa janji tersebut dengan syarat iman dan amal shaleh dari kita semua. Maka sepantasnyalah bagi kita untuk meningkatkan ketakwaan atau bersiap menunggu imam Mahdi yang sebenarnya dan mengikuti jejaknya dengan berperang. Seandainya ada yang bertanya bagaimana kalau Mahdi palsu dari kalangan Syiah ? dalam hal ini al Habib Umar bin Hafidz (pengasuh Pondok Darul Musthofa Tarim Hadromaut Yaman) menyatakan bahwa orang tersebut tidak pantas untuk diperdebatkan dan sebaiknya ditinggalkan, karena jika kita menjadikan al Qur'an sebagai rujukan, mereka mengatakan bahwa al Qur'an telah dirubah, atau sunnah rasul, mereka akan mengatakan bahwa sunnah yang shahih hanya dari golongan kami. Dan kita harus sadar bahwa frinsip antara Ahlussunnah dan Syiah sudah berbeda. Demikianlah sedikit pencerahan dari kami semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.

(Penulis Muhammad Zaki - mahasiswa univ Ahgaff – dirangkum dari makalah Imam Mahdi…. Oleh Ade Machnun dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Hipmi Yaman di kota Tarim dengan tutor Ade Machnun ( mahasiswa univ Ahgaff)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar