Rabu, 15 Juli 2009

Raudhatul Banjariyin

Makam Al-Faqih Al-Muqoddam

Kata Terakhirku

Waktu Yaman telah menunjukkan pukul 01.00 pas "tik tik tik", saat itu angin berhembus "bus bus bus" dari jendela kamarku, tak terelakkan mataku mengalirkan air mata "tes tes tes", aku teringat kasih sayang ibuku dan perjuangan ayahku. Dan sekarang S1 ku sudah selesai tahun ini "Alhamdulillaaaaaaaaaah", aku sangat mencintai Tarim, tapi perjalanan sudah selesai, namun yang pasti dakwah belum tamat, perjuangan masih berlanjut. Tulisan ini adalah hadiah yang kutulis sebelum aku pulang ke tanah air untuk sahabat-sahabatku yang belah berjuang di Tarim Al-Ganna dan mengerahkan jiwa raga dan otaknya. Mereka telah rela berpisah dari orang tua mereka dan tanah kelahirannya, sebagaimana aku, kurang lebih enam tahun aku disini seperti kalian dan aku hanya mewariskan pesan buat kalian:
"Booooosaaaaaaaaaaan, aku disiniiiiiiiii, menungguuuuuuuuuuuu"
Tapi jangan salah faham, karena janganlah kalian menjadi bosan, karena bosanlah yang menyebabkan korban berjatuhan di kuliah Syariah Universitas Ahgaff (maksudnya ga lulus tes). Jadilah mahasiswa yang aktif dan kreatif. Saya pernah mendengar seorang pelatih sepak bola di Indonesia berkata:"Kalau jadi starter jadilah pemain yang mampu menempati beberapa posisi" , sangat bermakna nasihat pelatih tsb dan kita juga bisa mengambil ibrah dari perkataannya, bahwa seorang mahasiswa juga mampu menjalankan misi tsb dengan segala rintangannya.
"Aku disini" kalimat ini juga tidak pantas bagi seorang mahasiswa, aku disini menyatakan bahwa ia hanya duduk dan menanti, tanpa mengejar bola, sama halnya dengan seorang pemuda yang berkata :"Ayahku adalah bangsawan, dll", tapi jadilah dirimu sendiri.
"Menunggu" sama dengan menunda keberhasilan, waktupun terbuang dan menunggu juga bermakna bahwa ia pernah gagal.
Dan kenangan buat kalian adalah bagaimana kalian mencapai recor atau memecahkannya kembali, selamat berjuang sahabat-sahabatku. Salam perjuangan sahabat-sahabatku…. el-zmanu……

Sandal Musthafa SAW

Ar-Raudhah (edit II)

KATA SAMBUTAN I

AHMAD FAUZI SAFRAN
Ketua Raudhatul Banjariyin cabang Ahgaff

الحمد لله على غيثه المدرار، والصلاة والسلام على إمام أوليائه وأصفيائه الأخيار، سيدنا ومولانا محمد، وعلى آله الطيبين الأطهار. أما بعد :

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita.
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. beserta keluarganya dan sahabatnya hingga hari kiamat kelak.
Para pembaca yang dimuliakan Allah Swt. saya sangat senang atas terbitnya buku “Ar Raudhah Fi Manaqib Auliaillah”, ini perlu sekali dibaca dan dimiliki oleh mereka yang tidak bisa membaca kitab kuning agar dapat mengenal salafus shaleh lebih dekat lagi.
Buku ini berisi tentang riwayat hidup aulia Allah yang ada di Turbah Zanbal Tarim.
Akhirnya saya berharap, buku ini banyak memberi manfaat bagi segenap pembaca yang ingin mengenal dan meneladani aulia Allah.
Semoga Allah Swt. melimpahkan pahala atas jerih payah penulis-penulis dalam menyelesaikan buku ini, dan semoga gerak dan langkah kita diberikan keikhlasan berkat taufiq dan hidayah-Nya. Amin.

Tarim, 24 Syawwal 1429 H
23 Oktober 2008 M

KATA SAMBUTAN II

AHMAD NUR
Ketua Umum Raudhatul Banjariyin
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أنعم علينا بنعمة الإسلام والإيمان، ونتقرب إليه تعالى بالإحسان عسى أن يدخلنا إلى فراديس الجنان. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. أمابعد

Begitu banyak orang-orang memuji akan guru-guru dan murabbinya sejak zaman pendahulu mereka yang berjuang di jalan Allah SWT hingga sekarang, oleh karena itu tergeraklah hati kami untuk mengumpulkan ringkasan manakib ataupun sirah para wali as-shalihin yang berada di Tarim Hadhramaut.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan ganjaran yang berlimpah bagi mereka yang membaca dan yang menulisnya, tak lupa mereka yang membantu atas kelancaran didalam pembuatan buku ini sebagaimana hadits : "Tatkala dibacakan ataupun diceritakan manakib ataupun sirah orang-orang saleh diturunkan oleh Allah rahmat yang berlimpah".

Demikian sambutan yang dapat kami sampaikan, tak lupa untuk memohon maaf atas segala kekurangan.



Tarim, 10 Jum. Akhir 1430 H
3 Juni 2009 M





BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

MUQADDIMAH


Kota Tarim Dan Keberadaan Sayyid-sayyid Bani Alawi

Sembilan abad yang silam tepatnya pada tahun 521H berteduhlah salah seorang sayyid Ba’alawi di kota Tarim, dialah Al-Imam Al-'Arifbillah Ali bin Alwi yang lebih dikenal dengan Khali' Qosam, orang pertama dari sayyid-sayyid Ba’alawi yang berdomisili di kota ini, bersama saudaranya Salim bin Alwi dan rombongan dari keturunan Bashri dan Jadid.

Tarim adalah kota yang memiliki banyak keistimewaan dan seyogyanya diketauhui oleh publik khususnya Indonesia, karena dari kota inilah Islam di Indonesia berawal, kota yang dipenuhi dengan wali-wali besar, sayyid-sayyid yang menjunjung tinggi akhlaqul karimah, para ulama yang tersohor didunia Islam.

Banyak sekali ulama dari kota ini yang tersebar hingga ke Asia seperti India dan Indonesia, untuk berdakwah dan kiprah mereka berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Begitu banyak tintah yang sudah habis tertuang untuk mengabadikan sejarah dan realitanya. Berapa banyak ulama Fiqih dan hadits yang menyebarluaskan syariat Islam yang mulia dan bijak. Al-Faqih Thothoh berkata : "Aku mengenal di kota Tarim tiga ratus Mufti dalam satu dekade (masa)".
"Tarim" adalah nama seorang raja yang saat itu memerintah diwilayah Hadhramaut, kemudian diabadikan sebagai nama kota ini. Nama lain dari Kota Tarim adalah “Al-Ghanna” yang memberikan isyarat akan kesuburannya dengan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan yang berlimpah. Dan juga kota "As-Siddiq" yang diambil dari gelar sahabat Nabi yang bernama Abu Bakar As-Siddiq RA. Diceritakan bahwa suatu ketika datanglah sahabat Ziad bin Labid Al-Anshori mengajak masyarakat kota ini untuk bai’at dengan menjadikan Abu Bakar As-Siddiq r.a sebagai Khalifah setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan dengan senang hati bahkan tak satupun dari mereka yang menolak ajakan tersebut, mengetahui hal itu maka Abu Bakar As-siddiq pun mendoakan kota tarim untuk kemakmuran, keberkahan airnya serta lahirnya orang-orang yang shaleh, sejarah dan realita membuktikan akan terkabulnya tiga do'a ini dan masih melekat kuat di bumi Tarim hingga saat ini.

Keistimewaan kota Tarim lebih tampak pada semerbak keharuman dari pelosok-pelosoknya, interaksi sosial yang tentram dan damai penuh tatakrama juga penduduknya yang terlepas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan politik, sandang pangan yang penuh berkah, buah-buahan yang beragam serta air yang melimpah.

Masjid paling tua dan ternama di kota ini adalah masjid "Ba’alawi" yang dulu bernama "Bani Ahmad" yang dibangun oleh As-Sayyid Al-Habib Ali Khali' Qosam sesudah menetap di Tarim, masjid inilah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Syeikh Abdurrahman As-Segaff untuk beribadah dan bertahajjud di akhir malam. Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran berkata :"Sesungguhnya ruh Al-Faqih Al-Muqaddam tidak pernah keluar dari masjid tersebut", dan begitu mulianya hingga tak satupun dari lantai-lantai masjid Ba’alawi yang belum pernah diinjak seorang wali untuk beribadah.

Komplek Pemakaman ( Turbah ) di Kota Tarim

Menelusuri jejak para Aulia Allah tentunya tidak lepas dari maklumat kita tentang keberadaan tempat mereka dimakamkan, dikota ini ada tiga komplek pemakaman yang masyhur terletak di tengah-tengah kota dengan jarak yang saling berdekatan. Komplek pemakaman tersebut adalah Al-Akdar, Al-Furoith, dan Zanbal. Ketiga komplek pemakaman ini kemudian diberi nama Al-Bassyar yang diambil dari nama orang yang mewakafkan tanah tersebut.

1. Al-Akdar

Al-Akdar adalah komplek pemakaman mayoritas masyarakat awam, namun disitu juga dimakamkan seorang wali yang memiliki futuh para pengkaji ilmu Nahwu. Komplek pemakaman Al-Akdar terletak persis dibelakang Hotel KENYA Tarim.

2. Al-Furaith

Al Furaith adalah pemakaman mayoritas keluarga Bafadhal dan Al-Khatib dari kalangan para masyaikh. Syeikh Abdurrahman As-Segaff berkata :"Di sana terdapat lebih dari sepuluh ribu wali-wali". Sebagaimana telah disaksikan ahli kasyaf bahwa rahmat Allah turun ke arah pemakaman tersebut, kemudian menuju arah yang lain. Para masyayikh dan ulama-ulama Makkah berkata : "Di bawah Al-Furoith Al-Ahmar ada satu kebun dari kebun-kebun sorga". Komplek pemakaman ini terletak di sebelah barat Al-Akdar.

3. Zanbal

Zanbal adalah komplek pemakaman yang paling besar dimana para wali Allah dimakamkan, Habaib dzuriah Rasulullah SAW. Syeikh Abdurrahman As-Segaff berkata : "Telah di makamkan di sana lebih dari sepuluh ribu wali-wali Allah". Di sana juga dimakamkan delapan puluh quthub dan sejumlah sahabat Rasulullah SAW, yang diutus oleh Abu Bakar As-Siddiq bersama Ziyad bin Labid Al-Anshari untuk memerangi ahli riddah (orang-orang murtad) dan meninggal di sana, tanpa diketahui dengan tepat letak penguburan mereka. Syeikh Abdurrahman As-Segaff berkata :"Kubur mereka (para sahabat) terletak di sebelah timur makam Syeikh Al-Faqih Al-Muqaddam" dekat dengan makam Al-'Arifbillah Abu Bakar Basyamileh.

Sebagian ahli kasyaf telah menyaksikan bahwa Rasulullah SAW, beserta Abu Bakar dan Umar r.a telah menziarahi makam-makam di Zanbal. Komplek pemakaman zanbal terletak disebelah selatan Al-Furaith.


Berikut sekilas biografi-biografi para Aulia Allah yang dikedepankan dan diutamakan di komplek pemakaman ini :

AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN ALI
Seorang guru besar ( 574-653 H )

۞ Nasab dan kelahiran
Nama Beliau adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Khali-Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. dilahirkan pada tahun 574 H di kota Tarim.
۞ Pendidikan
Disamping hafal Al-Qur’an Al-Karim, beliau juga belajar berbagai macam cabang ilmu dari banyak masyayikh diantaranya : ilmu fiqih kepada Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Ba'ubaid ( pengarang kitab Al-Ikmal ) dan Qadhi Muhammad bin Ahmad Ba'isa, ilmu ushul dan ilmu aqliyyah kepada Al-Imam Bamarwan dan Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abilhib, ilmu tafsir serta hadits kepada Al-Hafidz Al-Mujtahid As-Sayyid Ali bin Muhammad bin Jadid, ilmu Tasawuf dan hakikat kepada Al-Imam Salim bin Basri, Muhammad bin Ali Al-Khatib, ayahnya As-Syeikh Ali bin Muhammad Shohib Mirbath, As-Syeikh Sufyan Al-Yamani dan lain-lain.


۞ Kedudukan Dan Pujian Ulama Terhadapnya
Beliau berkata: "Aku bagi kaumku seperti hujan yang menyuburkan tanah dan tanaman". Beliau juga berkata: "Antara aku dan para wali seperti Nabi Muhammad SAW dengan umatnya", dalam riwayat yang lain berkata: "Aku diantara kaumku seperti Nabi Isa AS diantara kaumnya". Para ulama memuji keluasan ilmu serta keluruhan budi pekerti beliau. As-Syeikh As-Sayyid Abdurrahman As-Seggaf berkata : "Kami tidak mengutamakan seseorang selain Al-Faqih Al-Muqaddam kecuali sahabat Nabi SAW. dan orang yang mempunyai keutamaan seperti Uwais Al-Qarni". Ketika As-Syeikh Al-Faqih Al-Muqaddam mengirim Risalah (kitab kecil) kepada As-Syeikh Sufyan Al-Yamani beliau berkata: “Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kami fahami dan kami tidak sampai kepadanya”. As-Syeikh Abul Gaits -ketika ditanya tentang Al-Faqih Al-Muqaddam- berkata : “Kami tidak sampai pada derajat beliau sehingga mampu mensifati kepribadiannya”.
۞ Murid-Murid
Diantara murid-murid beliau adalah Syeikh Abdullah bin Muhammad Ba'abbad, Syeikh Abdurrahman Ba'abbad, Syeikh Abdullah bin Ibrahim Baqusair, Syeikh Sa'id bin Umar Balhaf, Syeikh Ibrahim bin Yahya Bafadhal, Syeikh Sa’ad bin Abdullah Akdar, Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Khatib.
۞ Keturunan
Beliau mempuyai empat anak laki-laki yaitu : Alwi, Abdullah, Ahmad dan Ali.
۞ Berpulang Ke Rahmatullah
Beliau wafat pada malam Jum'at akhir bulan Dzulhijjah tahun 653 H pada usia 79 tahun.
Sebagian ulama menulis tanggal wafat beliau dengan bilangan huruf Al-Jumal Al-Kabir yang jika dilafalkan menjadi :أَبُ تَرِيْم ( Bapak kota Tarim ) :
Alif ( أ ) = 1 Ba ( ب ) = 2 Maka apabila dijumlah semua
Ta ( ت ) = 400 Ra ( ر ) = 200 1 + 2 = 3
Ya ( ي ) = 10 mim ( م ) = 40 400 + 200 = 600
10 + 40 = 50 +
Hasilnya = 653


AL-HABIB ALWI BIN AL-FAQIH
Al-Goyur (Sang Pencemburu) W : 669 H

۞ Nama Dan Tempat Kelahiran

Beliau bernama "Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali", bergelar "Al-Goyyur" karena kecemburuan terhadap namanya sendiri "Alwi", pewaris kewalian turun-menurun ini dilahirkan di kota Tarim, tumbuh di dalam asuhan ayahnya dan mendapat bimbingan khusus darinya. Ayahnyapun bangga padanya dan berkata bahwa pangkat kewalian akan turun kepadanya.

۞ Karamah-Karamah

Diceritakan bahwa ayahnya memerintahkan Al-Habib Alwi untuk mengambil rumput untuk kambing ternak ayahnya, ketika kembali, beliau tidak membawa rumput sedikitpun, beliau berkata kepada ayahnya :”Aku mendengarnya sedang bertasbih, sampai aku malu untuk memotongnya”.

Suatu hari beliau melewati anak-anak sedang bermain, beliau berkata :”Dua orang beruntung, sedang dua yang lain celaka”, setelah beberapa tahun jadilah kedua anak yang beruntung orang shaleh dan ulama fiqih, keduanya adalah : ”Ibrahim bin Abi Sholb dan Ba’amar. Sedang dua orang yang celaka hidup dengan harta yang haram.

Beliau juga menghadiri hadhrah ayahnya, dan sang ayah bertanya :”Siapa saja para wali yang telah hadir dari penjuru yang jauh?”, terkadang beliau menjawabnya, terkadang beliau berkata :”Aku sedang sibuk mengingat Tuhan”.

۞ Guru serta Murid-Murid

Diantara gurunya adalah Abdullah bin Muhammad Ba’abbad dan Abdurrahman (saudaranya), ketika ayahnya pulang ke rahmatullah datang kepada beliau Syeikh Abdullah bin Muhammad Ba’abbad, Abdurrahman (saudaranya), Syeikh Abdullah bin Ibrahim Baqusyair dan Syeikh Sa’id bin Umar Balhap, mereka mengisyaratkan bahwa rahasia ayahnya telah berpindah kepada anaknya Al-Habib Alwi. Ibunya "Sayyidah Zainab" berkata :”Dalam diri Al-Habib Alwi ada sosok pengganti yang telah hilang dan dialah pengganti yang pantas”.

Adapun diantara murid yang tumbuh dan terdidik bersama beliau adalah saudara-saudaranya : Syeikh Abdullah Ba'alawi, Syeikh Abdurrahman, Syeikh Ahmad dan Syeikh Ali, Syeikh Ali bin Salim dan Ahmad bin Muhammad Bamukhtar, begitu pula dua anaknya Ali dan Abdullah yang memberikan keturunan bagi Al-Habib Alwi.

۞ Di tanah Haram

Sesudah ayahnya wafat berangkatlah beliau ke Makkah dan menetap di sana, suatu hari beliau melihat Rasulullah SAW bersama Abu Bakar dan Umar r.a, dalam pertemuan itu beliau bertanya : Dimana kedudukanku di sisimu wahai Rasulullah ? Nabipun menjawab :”Tempatmu di mataku”, lantas Rasulullah SAW bertanya : Di mana tempatku di sisimu ? beliaupun menjawab :”Di atas kepalaku”, Abu Bakar berkata :”Apa yang terjadi denganmu, Rasulullah SAW menempatkanmu di matanya, sementara kamu menempatkannya di kepalamu”, lantas beliau bertanya :”Apakah kewajibanku untuk mensyukurinya? Abu Bakar menjawab :”Bersedekahlah seratus dinar terhadap faqir miskin”, setelah berdiam sejenak beliaupun mengungkapkan bahwa beliau saat ini tidak mempunyai Dinar sebanyak itu, tiba-tiba muncul seseorang dan mendekati beliau sambil menyerahkan seratus Dinar untuk disedekahkan. Selang beberapa waktu Setelah menetap di Makkah dan Madinah beliaupun kembali ke tanah kelahiran.

۞ Hikayat

Dalam satu perdebatan Al-Habib Ahmad bertengkar dan membantah Al-Habib Alwi, sampai Al-Habib Ahmad berkata :”Aku akan keluar dari kota ini, biarlah perkara itu milikmu sendiri”, dipertengahan jalan, Al-Habib Ahmad gelisah terasa dunia sempit bahkan jalanpun buntu, tidak ada jalan keluar kecuali kembali dan menemui saudaranya Alwi untuk meminta maaf, gembiralah Al-Habib Alwi dan ia turutkan kehendak Al-Habib Ahmad sesudah permintaan maafnya.

Suatu hari saudaranya Al-Habib Ahmad mendengar kemasyhuran Syeikh Abdullah Ba'ubad, beliaupun iri dan ingin mencapai seperti apa yang telah dicapai oleh Syeikh Abdullah, Al-Habib Alwi berkata kepadanya :”Jika kamu taat kepadaku dan aku masukkan kamu ke ruang khalwat selama 40 hari, maka kamu akan mencapai lebih dari pangkat yang dimiliki oleh Syeikh Abdullah”.

Diceritakan pula bahwa ada seorang laki-laki di Tarim, yang terkenal dengan kemampuan supranaturalnya namun dibalik semua itu ia bersekutu dengan jin yang membantunya untuk mengelabui masyarakat, suatu hari dia berkata :”Siapa saja yang tidak mentaatiku akan mendapatkan musibah”, banyak pemuka masyarakat yang berkunjung kepadanya, hingga dalam satu pertemuan, Isa bin Amar dari keturunan Haram bertanya-tanya : "Kenapa Al-Habib Alwi tidak pernah mengunjungi laki-laki ini", tiba-tiba ada seorang pemuda memukul Isa dan berkata : "Engkau tidak pantas berkomentar seperti itu terhadap sayyid Alwi", setelah kejadian itu Isa pun pergi untuk meminta maaf kepada Al-Habib Alwi dan karena dihantui rasa takut terhadap dukun itu ia pun memutuskan untuk selalu ikut bersama beliau. Al-Habib Alwipun menasehatinya : "Tidak usah resah, pergilah kemana saja yang kamu mau", tapi Isa terus merasa takut. Suatu hari ketika Isa berada di dalam masjid bersama Al-Habib Alwi, beliau menggerakkan pintu dan pergi ke pintu yang lain untuk menggerakkannya lagi, seketika terdengar suara burung, beliau berkata : "Dukun tersebut mempunyai dua jin yang taat kepadanya dan aku telah membunuh keduanya", tatkala itu tenanglah hati Isa, manakala dukun tersebut mengetahui bahwa dua jin tersebut telah tewas, maka pergilah ia dari Tarim.

Seorang laki-laki mempunyai penyakit waswas dan ia tidak mengakui kewalian Al-Habib Alwi, musibah lainpun datang kepadanya sampai ia kehausan tanpa henti-hentinya, kemudian ia datang untuk meminta maaf dan doa untuk menghilangkan dahaga dan waswasnya, Al-Habib Alwi pun mendo'akannya sampai ia sembuh.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Beliau wafat tepat pada hari Jum'at 2 Dzulqo'dah 669 H, kepulangan beliau kehadhirat ilahi penuh dengan rasa duka, sebagaimana ayahnya beliaupun dimakamkan di Zanbal.


AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN AL-FAQIH
Orang Pertama bergelar "Syeikh" (638/640-731 H )

۞ Kelahiran Dan Pertumbuhan

Beliau dilahirkan pada tahun 638 tumbuh dan terdidik dalam asuhan kakeknya ( Al-Faqih Al-Muqaddam ) hingga menjadi seorang pemimpin pada abad itu yang memiliki kesungguhan dan keilmuan yang tinggi, dan tidak satu pun sesudah Al-Faqih Al-Muqaddam yang mencapai derajatnya selain Abdullah. Di masa kecilnya ia menghindari kebiasaan yang buruk, ia mempelajari ilmu fiqih dengan Al-Allamah Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath dan Syeikh Abdullah bin Ibrahim Baqusyair, ia juga mempelajari ilmu hadits, tafsir, fiqih dan tasawuf dengan kakeknya (Al-Faqih Al-Muqaddam), selain itu ia juga memperdalam bahasa Arab. Selesai Belajar di Tarim ia hijrah ke kota Ahwar Yaman Utara dan belajar dengan Syeikh Umar bin Maimun, kemudian menunaikan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram serta ziarah ke makam kakeknya Nabi Muhammad SAW dan bermukim selama setahun di Madinah sebelum kembali ke Makkah Al-Mukarramah dan menetap di sana selama delapan tahun, serta diangkat sebagai guru. Selama berada di Makkah beliau selalu berangkat kemasjid al-Haram diwaktu sahur beribadah sampai waktu dhuha dengan membaca separuh Al-Qur'an, kemudian shalat dhuha delapan rakaat, begitu pula disore hari setelah shalat ashar beliau duduk hingga isya, ketika bulan ramadhan sesudah melaksanakan shalat tarawih beliau shalat dua rakaat dengan menghatamkan Al-Qur'an, begitulah kebiasaannya selama berada di Makkah Al-Mukarramah.

۞ Kembali Ke Tarim

Setelah delapan tahun lamanya berada di Makkah Al-Mukarramah beliaupun berinisiatif untuk kembali ketanah kelahirannya Tarim al-ghanna, melalui kota Zabid, kemudian Ta’iz lalu singgah di Ahwar untuk menjenguk gurunya Syeikh Umar bin Maimun, yang saat kedatangannya sudah berpulang ke rahmatullah dan sudah dimandikan serta dikafankan.

Diceritakan bahwa semasa sakitnya, Syeikh Umar bin Maimun pernah berwasiat kepada murid-muridnya yang saat itu dilanda kebingungan karena merasa tidak akan ada pengganti beliau, Syeikh Umar bin Maimun berkata : "Jika aku meninggal nanti, mandikan dan kafankan aku, saat itu akan datang seorang syeikh sifatnya seperti ini ( Syeikh umar memberikan gambaran tentang sosok syeikh yang akan datang dan menjadi penggantinya ), jadikanlah dia imam untuk shalat jenazah!". Manakala Al-Habib Abdullah datang, para murid Syeikh Umar menceritakan wasiatnya untuk menjadi imam shalat jenazah, setelah itu mereka menjadikan Al-Habib Abdullah sebagai syeikh pengganti dari Syeikh Umar di sana, sampai pada saatnya beliau mengangkat anak dari Al-Marhum Syeikh Umar sebagai guru mereka lalu meminta izin untuk pulang ke Tarim. Kembalilah beliau ke Tarim dan duduk sebagai pengajar fiqih mazhab Syafi’i. Diantara murid-murid beliau saat itu anak-anaknya sendiri : Ali, Muhammad, Ahmad, keponakannya Muhammad Maula Dawilah, Abu Bakar, Alwi anak dari Ahmad ( paman Al-Habib Abdullah ), Syeikh Ali bin Salim, Syeikh Salim bin Muhammad Bafadhal, Muhammad bin Abu Bakar Ba'abbad, Syeikh Muhammad bin Ali Basyu'aib dan Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib.

۞ Sosok Pribadi Yang Terpuji

Meskipun sudah diangkat menjadi seorang guru dan pernah menggantikan Syeikh umar bin Maimun namun beliau tidak berkenan dengan panggilan "Syeikh"; karena merasa tidak pantas dengan sebutan itu. Dan dalam sejarah beliaulah yang pertama kali digelar dengan syeikh di daerah Hadhramaut, jika seseorang mengatakan "Syeikh" maka yang dimaksud adalah beliau.

Syeikh yang rendah hati ini terkadang makan sepiring dengan pembantunya bahkan terkadang berjalan tanpa alas kaki. Tampak darinya sifat dermawan yang begitu tinggi, memberi nafkah terhadap sadah Ba'alawi di kota Tarim, sering menanyakan keadaan masyarakat sekitar tentang keadaan keluarga dan kerabat mereka hingga tidak ada satu fakir miskinpun yang merasa malu untuk meminta sedekah kepada beliau. Begitu seringnnya, Syeikh Ali bin Salim berkata : "Jika diberi limaratus Dinar, maka pada hari itu pula ia membagikannya tanpa menyisakan untuk keluarganya".
۞ Ibadah dan Mujahadah

Ketika membaca Al-Qur’an tersentuhlah hatinya sembari menangis, hingga buta penglihatannya karena terlalu sering menangis, terkadang larut satu malam dalam tangisan, karena takut kepada Allah yang maha kuasa. Sebagaimana kebiasaan di Makkah begitulah kebiasaannya sehari-hari di Tarim, sesudah terbit matahari beliau pulang ke rumah sejenak lalu kembali ke masjid untuk mengajar sampai waktu qoilulah ( pada siang hari mendekati waktu zhuhur ), kemudian duduk di rumah menelaah buku-buku sampai Ashar, sesudah shalat Ashar teruslah beliau bersama murid-muridnya sampai Maghrib, lalu membaca Al-Qur’an sampai selesai jamaah Isya, kemudian kembali ke rumah.

Adapun di bulan Ramadhan beliau tidak pulang dari shalat Tarawih kecuali sesudah shalat dua rakaat sampai waktu sahur tiba, sesudah bersahur di rumahnya kembalilah beliau ke masjid untuk shalat Shubuh berjamaah hingga waktu Zhuhur dan duduk mengajar sampai Ashar, kemudian diteruskan dengan dzikir sampai berbuka. Al-Habib Muhammad Maula Dawilah berkata : "Tidaklah kulihat seseorang seperti pamanku Abdullah, tidak di kampung halamanku tidak pula ketika aku berada di tempat yang lain".

Diantara Karamahnya, suatu ketika ada seorang pemabuk berkata : "Aku meminum arak untuk membantu pekerjaanku sebagai penjahit", Mengetahui itu beliaupun bertanya pada laki-laki itu : "Jika Allah SWT memberikanmu kekayaan maukah engkau berjanji untuk meninggalkan perbuatan yang tercela itu ?", lelaki itu menjawab : "Ya", kemudian beliau mendo'akannya agar Allah menjadikan lelaki itu kaya, do'a itupun terkabul hingga lelaki itu menyatakan taubatnya kepada Allah.
Diceritakan pula bahwa beliau pernah meminta seseorang untuk mengambil kurma dari suatu bejana yang kosong, dengan tanpa diduga bejana sudah berisi kurma.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Serorang syeikh yang mulia ini wafat pada usia 91/93 tahun, tepat dihari Rabu pertengahan Jumadil'ula 731 H, semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat serta ampunan-Nya.


AL-HABIB ABDURRAHMAN AS-SEGAFF
Imam Wadi Ahgaff ( 739-819 H )

۞ Nama, dan Kelahiran

Seorang figur yang terlahir di kota Tarim ini mempunyai nama lengkap : "Abdurrahman bin Muhammad Maula ad-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Al-faqih Al-Muqaddam", tumbuh dan besar sebagaimana pendahulu-pendahulunya dengan menghafal Al-Qur'an Al-Karim dan mempelajari kitab "at-Tanbih", "Al-Muhadzab" karya Abu Ishaq As-Syirazi, "Al-Basith", "Al-Wasith", "Al-Wajiz" dan "Al-Khulashah" karya Al-Ghazali, "Al-Aziz" dan "Al-Muharrar" karya Ar-Rafi'i. dalam disiplin ilmu fiqih, beliau juga membaca dan mengamalkan "Ihya Ulumiddin" dalam disipiln ilmu tasawuf, begitu pula disiplin ilmu nahwu sharaf dll, sehingga beliau melebihi para pelajar yang sebaya dengannya. Sebagian sahabat beliau mengatakan : "Bahwa Al-Imam Abdurrahman As-Segaff hampir-hampir hafal kitab :Al-Muhadzab dan Al-Wajiz". Bahkan Al-‘Arif Al-Faqih Ali bin Salim ( Seorang wali Abdal ) pada masa tuanya kembali belajar kepada Al-Imam As-Segaff.
۞ Gelar

Beliaulah wali Allah yang bergelar "As-Segaff", karena sifat khumul (tidak senang terkenal) yang ada dalam dirinya, padahal kepribadian beliau jauh melampaui kemuliaan para wali-wali Allah SWT yang lain, seakan-akan beliau bersembunyi di bawah naungan atap.

Versi yang lain mengatakan bahwa beliau melampaui dan menaungi para wali-wali, dari sanalah beliau diberi gelar As-Segaff.

۞ Guru-Guru

Pada masa belajarnya, beliau melazimi para guru-gurunya dimana dari sanalah beliau mendapatkan ilmu pengetahuan yang mendalam, diantara mereka yang memberikan pendidikan kepada beliau adalah ayahnya sendiri Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilah, Sayyid Al-Imam Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqaddam (Shohib Al-'Ama'im). Al-Imam Abdurrahman juga melakukan perjalanan ke Goil Abi Wazir untuk menimba ilmu dengan Syeikh Al-Allamah Muhammad bin Sa'ad Abu Syukail dan Seikh Al-Faqih Muhammad bin Abu Bakar Ba’abbad, ke Aden untuk belajar ilmu bahasa dan lain lain dengan Syeikh Muhammad bin Sa'id Kibban, sampai beliau menguasai semua ilmu tersebut, sekalipun begitu beliau tetap rendah hati terhadap guru-gurunya.

۞ Ibadah Dan Mujahadah

Anugerah yang Allah SWT limpahkan kepada Imam Wadi Ahgaff ini terlihat sejak usia dini, beliau tidak tidur walaupun sekejap mata siang dan malam selama 33 tahun dan tidak menyentuh walau hanya sepotong roti dimalam-malam yang beliau lalui, suatu ketika beliau berkata : "Bagaimana mungkin seseorang akan tertidur ketika dia berbaring ke sebelah kanan, maka dia melihat sorga, jika dia berbaring ke sebelah kiri, maka dia melihat neraka". Beliau mampu menghatamkan Al-Qur'an empat kali di siang hari dan empat kali di malam hari. Sayyid Abu Bakar Al-Adani berkata : "hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa dan tampak tidak rasional, namun bagaimanapun jua itu adalah karunia Allah SWT bernama "at-thoy", yang merupakan Karamah pemberian Allah SWT kepada wali wali-Nya dengan memudahkan lidah mereka untuk bacaan Al-Qur'an dan itu juga terjadi terhadap sayyidina Utsman bin Affan r.a dan Imam Syafi'i".

Berlama-lama dalam berdiri saat sembahyang juga merupakan kebiasan yang beliau miliki hingga banyak orang mengira bahwa beliau sebuah tiang.

Mengurus kebun kurma di Tarim dan Masileh tidak mengurangi kesungguhan ibadahnya, beliau pun membaca surat Yasin di samping setiap batang pohon kurma, kadang-kadang beliau menghatamkan Al-Qur'an ketika itu. Pernah suatu ketika seseorang berkunjung dan masuk ke kamar saat itu beliau sedang lelap dalam istirahatnya, namun dari badan, bulu di tubuhnya bahkan bantal yang ia gunakan untuk berbaring terdengar lantunan dzikir kepada Allah SWT, benar sekali apa yang beliau ucapkan : "Demi Tuhan tidak pernah hatiku berpaling kepada keluarga, anak, harta, sorga dan neraka".

Beliau bermukim beberapa bulan di Syi'b (perkampungan) Nabi Hud As bersama Syeikh Fadhal untuk beribadah bersama. Seluruh wali-wali pada zamannya tunduk dan mengakui derajat wilayah al uzhma yang ada pada beliau seperti anak-anak beliau Abu Bakar As-Sakran dan Umar Al-Mihdhar, Syeikh Fadhal bin Abdullah Shohib As-Syihr dan Syeikhakh Sultanah binti Ali Az-Zubaidiah.

Jika datang waktu sahur beliau berkeliling ke masjid-masjid di Tarim untuk sembahyang, namun demikian beliau tidak pernah mengaku beramal, berilmu, memiliki kedudukan serta derajat yang tinggi, justru sebaliknya beliau terkesan menyembunyikan semuanya, beliau berkata : "Janganlah kamu menganggap amal zahirmu adalah segalanya", karena itulah beliau bergelar "As-Segaff". Malam pengantin dihiasi dengan lantunan dzikir dan tahajjud. Ketika sudah mencapai usia lanjut, seringkali beliau meminta seseorang untuk membaca Al-Qur'an disampingnya sembari mendengarkan dan membaca bersama.

۞ Karamah-Karamah

Tanda kemulian yang Allah SWT anugerahkan kepada beliau tidak terhingga, setiap malam Jum'at, Senin dan Kamis beliau berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW serta sahabat, bahkan pernah istrinya menyaksikan serta mendengar percakapan mereka yang sedang membahas tentang agama dan berujar : "Tempatkan aku bersama kalian", Abu bakar As-Siddiq menyambut permintaan beliau : "Engkau sudah bersama kami", mendengar itu istri beliau pun merasa senang : "Alangkah senang hatiku kepada Abu Bakar" imbuhnya.

Sayyid Muhammad bin Abu Bakar bin Ahmad Ba'alawi berkata : "Manakala beliau mentahkimku ; maka hilang dari hatiku kecintaan akan dunia, Dan Allah SWT mengganti seluruh sifat tercela yang ada dalam diriku dengan sifat terpuji". Pernah juga suatu hari kepala beliau tertunduk seketika dan beberapa saat kemudian kembali sadar, saat itu anaknya Umar Al-Mihdhar berada bersamanya kemudian ia perintahkan untuk mencium kakinya : "Cium kakiku" kata beliau, maka anaknya umar Al-Mihdhar mencium kedua kakinya yang kuning dan mengeluarkan keharuman kunyit, "Aku telah berjalan di sorga-sorga", kata beliau kepada sang anak.

Suara dzikirpun terdengar dari degupan hati beliau, Saudara beliau Abdullah menyaksikan seluruh tubuhnya bercahaya dan tertulis pada satu baris :
" لا إله إلا الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم "
kemudian baris yang kedua tertulis surat Al-Ikhlas dengan cahaya yang berkilau seperti matahari, bahkan cahaya itu mengikuti ke mana arah beliau berjalan. Pernah seseorang menyaksikan baju jubah beliau berdiri, padahal ketika itu jubah itu tidak sedang dipakai oleh beliau. Terkadang atap di mana beliau duduk terangkat kemudian kembali seperti semula, suatu hari beliau terbang dari satu pohon kurma ke pohon yang lain.

Beliau juga mengabarkan anak beliau yang akan dilahirkan apakah laki-laki atau perempuan, juga kematian mereka. Ia juga sering memetik Ruthab untuk keluarganya ketika musim dingin, merubah tanah menjadi Dirham, Bahkan masyarakat sering menyaksikan Syeikh Abdurrahman di Tarim sedangkan ia berada di kampung yang lain .


Sayyidah Sulthanah berkata : "Jika Imam Wadi Ahgaff datang ke kampung kami, maka rumput-rumput tumbuh seakan baru tertimpa hujan lebat, dan sebelum berdakwah di sana beliau seketika tiba di rumahku tanpa kuketahui".

۞ Masjid Abdurrahman As-Segaff

Salah satu kebiasaan masyarakat Tarim adalah menamakan masjid sesuai dengan nama orang yang membangun masjid itu, oleh karena itu kebanyakan masjid disini dinisbatkan pada para aulia Allah, salah satunya adalah masjid Abdurrahman As-segaff atau lebih dikenal dengan sebutan masjid "as-segaff", terletak berdekatan dengan Pondok Pesantren Rubath dan masjid Ba'alwi.

Diceritakan oleh Ahmad (anak beliau), ayahku berkata : "Tidaklah aku membangun masjid ini kecuali empat imam madzhab berdiri di samping empat tiangnya dan Nabi Muhammad SAW di depannya", ini adalah masjid pertama yang beliau dirikan pada tahun 768 H, beliau juga membangun sepuluh masjid lainnya.

ألا َصبَاغٌ كالكؤوس ويـا
مـن زهده بيد له وغَرَسْ1

ت النخلَ في تريمَ ذي ومسيلةِ
ذا مَن رآى في نفسه خطأ ولَسْ

تَ، غطسْتَ في بحرِ الهوَى المتعوق
يا قائلٌ :"إن أدر قلبيَ دسْ

يحبُّ غيرَ الله بالحجـرالذي
أخذْتُه فضّحته، لتكُـنْ بمسْ

جِدِ السقـافِ يومَ آخرٍة شفِيْ
عًا مَن تَعبـّد ثم يقرأ فيه بسْ


Di masjid As-Segaff tersebut Al-Imam Abdurrahman memimpin hadhrah pada malam Kamis dan Senin, hadhrah tersebut diisi dengan membaca surat Al-Fatihah, tahlil, ayat-ayat Al-Qur'an dan sya'ir-sya'ir ( qosidah ) tentang martabat, karamah para wali, kota Tarim, perguruannya, kaidah-kaidahnya dll. Dalam majelis Hadhrah ada beberapa ketentuan yang mereka tetapkan dan harus dipenuhi, seperti : "Berprasangka baik ( husnu dzon ) terhadap Allah SWT juga terhadap wali-wali Allah, Menghilangkan hal-hal yang terlintas di hati dari bisikan setan, berprasangka baik juga saling mencintai terhadap sesama salikin, menghayati dan meresapi isi serta makna dari sya'ir-sya'ir ( qosidah ) yang dibaca, membulatkan niat bahwa hadhrah tersebut karena semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya serta para shalihin". Sebagaimana telah dipaparkan oleh Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani .Dalam majelis hadhrah ini juga tidak terdapat hal-hal yang melampaui batas seperti memakan kaca, membakar diri, menusuk badan atau teriakan-teriakan yang mengganggu. Diantara aktifitas yang sering menuai keritik dalam majelis hadhrah ini adalah memainkan alat musik seperti seruling dan gendang-gendang atau tawasul, istigatsah dan meminta syafa'at terhadap wali-wali, namun ini masih dalam lingkup prokontra antar ulama, sebagian dari mereka (ulama) ada yang membolehkan adapula yang melarang, oleh karena itu, maka tidaklah bijak rasanya jika dianggap sebuah kemungkaran, hingga serta merta melarang atau bahkan mengharamkan perbuatan itu, apalagi kita tahu bahwa ritual tersebut dilakukan oleh para pembesar wali-wali turun temurun yang tidak mengingkarinya dan mereka bukan saja sufi, akan tetapi mereka juga para pakar fiqih yang mendarah daging dari keturunan Alawiyin, Al-Khatib dan Bafadhal yang tidak habis-habisnya setiap abad .

Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani menambahkan : "Semenjak abad ke tujuh dan ke delapan dunia Islam telah memberikan toleransi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sufisme, selama hal itu dilakukan agar tercipta dalam hati mereka "dzauq" (perasaan khusu' di hati) pada saat mendekatkan diri kepada Allah SWT ".

۞ Mutiara Hikmah

Diantara hikmah yang terukir dari lidah beliau :
" من لا له ورد فهو قرد، ومن لا له ورد ما له وارد"
Barang siapa tidak mempunyai wiridan (dzikir-dzikir yang dibaca setiap hari); maka sama halnya dengan kera, dan barang siapa yang tidak mempunyai wiridan; maka tidak datang kepadanya (keberkahan dan karunia Allah SWT).
" دواء القلب قطع العلائق"
Obat penyakit hati adalah memutus semua hubungan.

" من لا يطالع في كتاب الإحياء ما فيه حياء"
Siapa yang tidak menelaah kitab "Ihya ulumiddin" (karya Al-Gozali), maka tidaklah tercipta dalam dirinya rasa malu.
" من لا له أذكار فليس بذكر"
Siapa yang tidak mempunyai dzikir, maka dia bukanlah lelaki sejati.
"الناس فقراء إلى العلم، والعلم فقير إلى العمل، والعمل محتاج إلى العقل، والعقل فقير إلى التوفيق"
Manusia butuh ilmu, begitu pula ilmu perlu praktek (amal perbuatan), dan praktek tak lepas dari akal (kecerdasan dan kepiawayan), sementara akal bergantung pada taufik.

" كل علم بلا عمل باطل، وكل علم وعمل بلا نية هباء، وكل علم وعمل ونية بلا سنة مردود، وكل علم وعمل ونية وسنة بلا ورع خسران، ويخاف على صاحبه عند الموازنة والقصاص ذهابه"
Setiap ilmu tanpa praktek sia-sia, ilmu dan praktek tanpa niat seperti debu, ilmu, praktek dan niat tanpa sunnah tidak diterima, ilmu, praktek, niat dan sunnah tanpa sifat waro' akan mendapat kerugian bahkan lebih ironis lagi hilangnya amal ibadah tersebut pada hari kiamat.

" من لم يقرأ المهذب ما عرف قواعد المذهب"
Siapa yang tidak membaca kitab "Al-Muhadzab"; maka dia belum mengenal kaidah-kaidah madzhab.

" من لا له أدب فهو دُب"
Siapa yang tak memiliki tata krama, tak ubahnya binatang buas.

"كن ابن زمانك، فإن رأيت أهله ذئابا فلا تكن ضأنا يأكلوك، وإن رأيتهم ضأنا فلا تكن ذئبا تأكلهم"
Jadilah kamu anak yang bijak pada masamu, jika kamu melihat mereka seperti serigala; maka janganlah kamu seperti kambing yang jadi santapan mereka dan jika kamu melihat mereka seperti kambing; maka janganlah kamu seperti serigala yang menghantui mereka.

"أنا شيخ من لا شيخ له"
Aku adalah guru bagi orang yang tidak mempunyai guru.
" في تربة تريم ثمانون قطبا"
Dalam pemakaman "Zanbal" terdapat 80 wali quthub.

۞ Keluarga, Kerabat serta Keturunan

Beliau mempunyai beberapa saudara : Ali, Abdullah dan Alwi, adapun nama ibu beliau adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar bin Ahmad bin Al-faqih yang di makamkan di perkampungan yang bernama Qosam. Beliau mempunyai empat istri diantara mereka ada yang berasal dari luar kota Tarim, dan dianugerahi 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, diantaranya : Ahmad, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Maryam (dari istri beliau Bahiyah binti Ali bin Abdullah Ba'alawi), Hasan, Aqil, Ja'far (dari istri beliau anak dari Salim keturunan Judail), Syeikh, Abdullah, Alwi (dari istri beliau 'Aisyah binti Yahya Bilqunain), Ali (dari istri beliau anak perempuan dari keturunan Ba'tsabtan), Ibrahim (dari istri beliau anak perempuan Abdullah Bafadhl Balhaj), Husain (dari istri beliau anak perempuan keturunan Ibn Ubeid). Empat dari mereka (Umar Al-Mihdhar, Hasan, Ahmad dan Syeikh) tidak mempunyai keturunan laki-laki, begitu pula Ja'far yang mempunyai keturunan laki-laki namun kemudian terputus.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إن لله وإن إليه راجعون (البقرة :156)
Mereka yang apabila tertimpa musibah, maka terucap dari lidah mereka "Inna lillähi wa innä ilaihi räji'ün".
Malang tak dapat ditolak saat musibah datang bertandang, tepat pada hari kamis 23 Sya'ban 819 H, Masyarakat kota Tarim dirundung duka yang mendalam atas wafatnya Imam Wadi Ahgaff Al-Habib Abdurrahman As-segaff. Menjelang ajal beliau, para kerabat berkumpul diantara mereka ada yang mencoba memalingkan wajahnya kearah kiblat, namun walaupun dalam masa kritis seperti itu, beliau masih mampu untuk melakukan sendiri, pada saat itu pula beliau menghembuskan nafas terakhir, dan dimakamkan di turbah zanbal pada hari jum'at diwaktu dhuha. Anaknya Umar Al-Mihdhar pun melantunkan syair-syair meratapi wafat ayahnya:

"ألا يا عين ويحك لا تنامي :: وبثي كل الدمع واسقي كل ضامي"
"على فرق الذي قد صار منه:: جميع الجسم باك والعظام"
Perhatikanlah wahai semua mata! Sungguh kasihan dirimu, janganlah kamu tidur dan menangislah terhadap kematian seorang wali…


AL-HABIB ALI BIN ALWI
Khali' Qosam (Penderma kampung Qosam) W:527 H

۞ Nama, Gelar Dan Kelahiran

Beliau adalah Al-Imam "Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa", selanjutnya sebagaimana silsilah yang masyhur kepada Rasulullah Saw.

Dilahirkan di Bait Jubair, tumbuh besar dan tinggal di sana, kemudian pindah ke Tarim serta berdomisili di sana pada tahun 521 H Beliau belajar dengan orang tuanya dan para jamaah hafizh Al-Qur'an, beliau sering pulang-pergi antara Bait Jubair dan Tarim sebelum akhirnya menetap di sana.

Sebab beliau diberi gelar "Khali' Qosam" adalah beliau membeli sebidang lahan perkebunan dengan harga dua puluh ribu dinar dan menamainya dengan Qosam, sebagaimana dengan tanah yang ada di Bashrah (Bagdad) tempat asal keluarga beliau. Kemudian beliau menanam kurma ditanah itu serta membangun rumah di sana, hingga banyaklah masyarakat yang membangun rumah disekitar beliau, sehingga jadilah satu perkampungan yang masyhur dengan nama Qosam .

Dalam satu kesempatan beliau bertemu Rasulullah SAW, beliau mengucap salam kepada Rasulullah SAW, kemudian dijawab olehnya : "Wassalamualaika ya Syeikh". Dan ini didengar oleh orang yang disekitarnya, kemudian beliau bertanya kepada Rasulullah SAW beberapa solusi masalah yang belum terpecahkan, kemudian dijawab oleh Rasulullah SAW secara langsung masalah tersebut.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Beliau wafat pada tahun 527 H dan dikuburkan di Zanbal Tarim, menurut sejarah beliau adalah orang yang pertama kali dikuburkan di sana dari golongan Alawiyin (sadah Bani Alawi). Beliau meninggalkan beberapa anak yang Shaleh, Zahid seperti Al-Imam Afifuddin Abdullah dan Muhammad Shahib Mirbath.



AL-HABIB MUHAMMAD BIN HASAN
Jamalullail (Pembagi Malam) ( 750-854 H )

۞ Nasab, Gelar Dan Kelahiran

Bernama Muhammad bin Hasan Al-Mu'allim bin Muhammad Asadullah bin Hasan At-Turaby bin Ali bin Al-Faqih Al-Muqaddam, adalah seorang guru besar, lebih dikenal dengan panggilan "Jamalullail" atau "Syebeh". Ialah seorang pemuka agama, dilahirkan di kota "Tarim al-Ganna" pada tahun "750" Hijriyah.

Adapun sebab gelarnya dengan "Jamalullail" beliau selalu sembahyang dua roka'at sesudah tahajud dan shalat witir, kemudian terbitlah fajar, seolah-olah fajar terikat dengan salamnya. Kadang-kadang beliau membaca Al-Qur'an semalam suntuk, sampai ia dipanggil "Jamalullail"; karena beliau telah membagi malam dalam beberapa bagian. Versi lain dari beberapa Masyaikh menyebutkan bahwa Gelar tersebut karena beliau membagi malam dan siang untuk menghidupkannya dengan ibadah diwaktu tertentu.

Sejak kecil beliau menghafal Al-Qur'an dengan gigih, belajar dan menemani ayahnya. Hingga ia menjadi seorang guru yang memiliki banyak murid, beliau juga mendidik para salikin (orang-orang yang berjalan menuju Allah Swt), serta menuaikan faedah dan hikmah kepada mereka.

۞ Sosok Kepribadian

Beliau seorang sosok yang pemurah, mengutamakan orang lain dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Allah SWT telah mengisi hati mereka yang mendengar perkataan beliau dengan cinta dan ketaatan karena kharisma yang tertanam dalam dirinya. Beliau menjauhkan diri dari dunia, dan itu terlihat dari kejuhudannya, penampilannya serta kerendahan hatinya. Beliau istiqomah dalam ibadah disiang dan malam hari, lebih-lebih tahajud tengah malam, beliau memperbanyak bacaan Al-Qur'an, tidak sedikit waktu yang tersita jika beliau sedang membaca Al-Qur'an, kadang-kadang beliau mengulang-ulang satu ayat dalam waktu setengah malam sambil tafakkur tentang intisari ayat tersebut. Diantara ayat yang beliau baca berulang kali adalah :
"إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا" (مريم: 96)
kemudian beliau berkata : "Allah SWT telah membuka untukku rahasia dan hikmah Al-Qur'an hingga aku tidak kuasa mengutarakannya". Beliau sangat melazimi dzikir kepada Allah SWT, beliau berkata : "Kenalilah sosok dirimu sampai kamu kenal Tuhanmu", perkataan ini sesuai dengan hadits nabawi : "من عرف نفسه فقد عرف ربه"
Artinya :"Siapa yang mengenal sosok dirinya yang lemah; maka dia akan mengenal kebesaran Tuhannya".
Beliau berkata : "Jika hati seseorang sudah bersih dan suci, maka dia tidak akan berhenti membaca Al-Qur'an".

Adapun sosok kedermawanan beliau tergambar dari sisi lain, dengan sangat memuliakan tamu dan selalu menjamunya dengan hidangan yang lezat, sangat mencintai faqir miskin, orang asing dan orang yang sedang kesusahan. Beliau memiliki watak dan etika yang baik dan tidak takut terhadap celaan untuk mengungkapkan kebenaran, menghormati orang lain dan selalu menghadiri undangan.

Sayyid Muhammad bin Ali Al-Khirid berkata dalam syairnya :
فقيه جليل للشريعة قد حوى... إلخ"
Artinya : "Beliau menguasai ilmu fiqih dan menghimpun syariat dan thariqat, seorang yang berjalan menuju keridhoan Tuhannya dan tempat bagi mereka yang menempuh jalan kehadirat-Nya. Beliaulah lautan hakikat yang diarungi oleh para perenang dan peminumnya, ilmu pengetahuan beliau seperti tingginya gunung, sangat cerdas, cendikia, mendidik orang yang berjalan menuju-Nya dengan akhlaq dan sifat yang mulia, firasatnya mengisyaratkan kebesaran kepribadiannya dengan cahaya Ilahi, sesungguhnya aku mengetahui Karamah-Karamahnya yang tidak terhitung, yang menunjukkan bahwa beliau mempunyai martabat yang tinggi di sisi Allah SWT. Beliau terlihat mulia diantara masyarakat dengan ilmu pengetahuannya. Beliau juga menelusuri dalamnya tafsir Al-Qur'an dari mufassirin dan sejalan dengan jalan agama yang benar, katakanlah apa saja (kepribadian mulia) untuk beliau, maka itu semua benar, beliau mempunyai jalan yang terpuji, dan tak bisa dipungkiri. Wahai (Allah) Raja semua kerajaan, Tuhan kami : Engkau telah menyelamatkan seseorang yang telah dikejutkan oleh musibah kehancuran, maka jadilah Engkau penolongnya. Disaat senang Engkau menemuinya, maka temuilah dia ketika sengsara datang kepadanya, bangunlah dan perbaikilah rumahnya dan rumah-rumah kami untuknya, dengan keridhoanmu wahai Allah Tuhan para salikin, mudah-mudahan Allah SWT melimpahkan kasih sayang-Nya setiap saat kepada baginda Nabi Musthafa SAW selama malam menjadikan sekitarnya gelap gulita, dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan kesejahteraan sebanyak bilangan batu dan hujan kepadanya juga keluarga, serta sahabatnya sepanjang jalan yang ditempuh oleh mereka yang menuju kehadirat Ilahi Rabbi".
۞ Pulang Ke Rahmatullah

Beliau berpulang ke rahmatullah pada tahun 854 H dan dikuburkan di Zanbal, dengan meninggalkan dua anak : Hasan dan Ali.


AL-HABIB MUHAMMAD BIN ALI
Maula Aidid (Pemimpin Kota Aidid) W : 862 H

Bergelar "Jamaluddin" dengan nama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi (paman Al-Faqih Al-Muqaddam) bin Shohib Mirbath Muhammad bin Ali, dilahirkan di kota Tarim dan besar di sana, diasuh serta dididik oleh ayahnya Ali bin Muhammad dan Syeikh Abdurrahman As-Segaff, serta mempelajari ilmu syariah dengan Syeikh Muhammad bin Hakam Baqusyair dan Al-Faqih Abdullah bin Fadhl.

Ialah seorang pakar fiqih, tasawuf dan hakikat, bahkan guru-guru beliau memujinya, sering bertemu dengan Nabi Khadir, beliau melazimi ibadah antara Maghrib dan Isya dengan membaca 3.000 Surat Ikhlas, dll.

Dihormati dan disegani serta petuahnya dijunjung tinggi oleh para murid yang menimba ilmu darinya, diantara mereka adalah Syeikh Ali bin Abu Bakar, Syeikh Abu Bakar Al-Adani, Abu Bakar Al-Aydrus (keponakannya), Al-Allamah Al-Faqih Muhammad bin Ahmad Bafadhl dan Muhammad bin Ahmad Abi Jars. .

Beliau memiliki beberapa anak, enam anak laki-laki Abdullah, Abdurrahman, Ahmad Al-Akbar (dari istri beliau anak perempuan Hasan bin Al-Faqih Ahmad), alwi, Al-Faqih Ahmad dan Syeikh Ali.


AL-HABIB SYEIKH BIN ABDURRAHMAN AS-SEGAFF
Sang Peritual

۞ Kelahiran Dan Pendidikan

Tarim adalah tempat kelahirannya, sejak kecil ia telah menghafalkan Al-Qur'an dan beberapa kitab dasar di bawah asuhan ayahnya sendiri hingga dewasa, begitu pula dengan saudaranya Syeikh Umar Al-Mihdhar, Syeikh Jamaluddin Muhammad bin Hakam Baqusyair, sampai kemudian menjadi guru dari Syeikh Abdullah Al-Aydrus dan saudaranya Syeikh Ali serta Syeikh Sa'id bin Ali.

۞ Kedudukan dan Pujian Terhadapnya

Saudaranya Syeikh Umar Al-Mihdhar berkata : "Saudaraku Syeikh orang yang tak terikat", karena beliau tidak pernah menikah dan mengenal perempuan yang bukan muhrimnya. Syeikh Umar ditanya : "Adakah kamu melihat sosok seseorang seperti kamu?", beliau menjawab : "Tidaklah aku bahkan sepuluh orang seperti aku bisa menyamai sosok Syeikh saudaraku".

Syeikh Muhammad bin Hakam Baqusyair (guru beliau) berkata : "Sayyid Syeikh mencakup sifat-sifat Al-Imam Muhammad bin Abi Bakar Ba'ubad, Syeikh Fadhl dan Sayyid Hasan bin Ali Al-Wara'". Dalam percakapan diantara guru dan murid (Syeikh Baqusyair dan Sayyid Syeikh), Syeikh Baqusyair berkata : "Aku telah menimba ilmu yang banyak darimu, lebih dari apa yang kau peroleh dariku". Saudara beliau Agil berkata : "Aku pernah melakukan sholat hajat untuk memohon kepada Allah SWT agar memperlihatkan padaku seorang sosok waliyullah, maka tertidurlah aku dan aku melihat Syeikh Sa'ad Al-Mu'allim bin Abdullah Ba'ubaid dalam mimpiku, kemudian aku shalat kembali dan berdo'a kepada-Nya agar memperlihatkan padaku sosok waliyullah yang paling agung, ketika tertidur kulihat dalam mimpi saudaraku Syeikh".

Dalam satu kesempatan pembantu beliaupun menyatakan kekaguman akan kemuliaan akhlaq dari majikan tersebut : "Aku telah berkhidmah kepadanya lebih dari sebelas tahun, selama itu aku tidak pernah melihatnya marah".

۞ Karamah-karamah

Sayyid Muhammad bin Husain bin Abu Bakar Ba'alawi berkata :"Aku melihat sayyid Syeikh bin Abdurrahman As-Segaff sedang memetik buah ruthab di kebun Masjid As-Segaff pada musim dingin". Khadim masjid As-Segaff melaporkan kepada Sayyid Syeikh bahwa timba sumur masjid As-Segaff telah dicuri, beliau menjawab : "Sabarlah barangkali saja dia akan mengembalikannya hari ini juga", keesokan harinya pembantu tersebut melaporkan kembali bahwa pencuri tersebut tidak mengembalikannya, beliau menjawab : "Pergilah ke tempat ini lalu duduklah di sana, dan tanyakanlah pada orang yang pertama kali lewat di depanmu", pergilah dia dan duduk di sana, ketika itu lewat seorang lelaki dan langsung ia tanya : "Mana timba masjid As-Segaff", lelaki tersebut terkejut sembari berkata : "Padahal setauku tidak ada seorangpun yang mengetahui kejadian itu kecuali Allah SWT", kemudian ia bergegas mengembalikan timba yang dia curi.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Kegetirannya terhadap maksiat membuatnya enggan menatap dunia ini, hingga beliau pernah menegur seseorang agar meniggalkan perbuatan maksiat yang selalu dilakukannya, namun dia tidak peduli terhadap teguran serta nasihat-nasihat yang beliau tuturkan hingga beliaupun merasa letih : "Alangkah indahnya perjalanan menjauhi dunia fana ini" keluhnya, kemudian ia berdo'a agar Allah SWT berkenan mencabut nyawanya, beliau memberitahu kepada keluarga : "Aku akan meninggalkan dunia hari ke empat belas dari bulan ini". Sayyid Aqil saudaranya bertanya tentang keadaannya, beliau menjawab : "Aku diantara para tokoh yang menentramkan orang yang duduk bersama mereka dari segala bencana zaman ini, aku diantara orang-orang yang karena merekalah bumi menjadi harum, yang disebutkan dalam al-Qur'an :
"يختص برحمته من يشاء" (البقرة 105)
"aku termasuk orang yang diberi keistimewaan oleh-Nya dengan rahmat-Nya", imbuhnya.

Al-'Arifbillah Ali bin Sa'id berkata kepada saudaranya Abdullah : "Jangan kamu menjauh dari saudaramu Syeikh, karena aku telah melihat para wali datang menjenguknya, mungkin ia akan meninggalkan dunia ini".

Saat masa kritis lampu dinding padam, ketika itu sebuah kilat cahaya keluar dari pandangan mata, itulah ruhnya yang telah pergi dari dunia ini, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau, sebelum ajal beliau sempat melontarkan ayat suci al-Qur'an yang berbunyi:

(إبراهيم: 27)"يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة",
AL-HABIB UMAR AL-MIHDHAR
( W: 833 H )

۞ Nasab Dan Keturunan

Beliau adalah anak dari "Al-Imam Wadi Ahgaff Abdurrahman As-Segaff bin Muhammad Maula Dawilah bin Alwi Al-Gayur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam", selanjutnya sebagaimana silsilah yang masyhur kepada Rasulullah Saw.

Beliau mempunyai empat anak perempuan, bernama Maryam, Alwiyah, Fatimah dan Aisyah.

۞ Kelahiran Dan Pertumbuhan

Keturunan ke dua puluh dari Rasulullah SAW ini lahir di kota Tarim Al-Ghanna pada bintang As-Su'ud dari Istri Sayyid Abdurrahman As-segaf yang merupakan putri salah satu teman akrab ayah beliau Syeikh Ali bin Abdullah Ba'alawi yang bernama Bahiyah, dari istri ini juga lahir tiga saudara beliau yaitu Ahmad, Muhammad dan Abu Bakar, mereka berempat adalah saudara seibu, dari tiga belas orang putra yang dimiliki oleh sayyid Abdurrahman As-segaf.

Sejak kecil beliau dibimbing oleh sang ayah yang memberikan pendidikan secara lahir dan batin, bahkan pada masa kecil beliau telah dapat menyelesaikan hafalan Al-Qur'an.

Kita akui bahwa seorang anak kecil yang lepas dari dosa ditambah dengan perhatian orang tua tentang segala yang berkaitan dengan syari'at (halal dan haram), akan sangat cepat menyerap dan menghafal apa yang dibacanya. Salah satu bukti yang lain bahwa beliau mencintai syariat adalah hafalnya (beliau) terhadap kitab Al-Minhaj At-Thalibin karangan Al-Imam Nawawi sebagaimana hafalan surat Al-Fatihah. Itulah ungkapan dari Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi dalam Syarah Ainiyah.

Diceritakan bahwa suatu ketika beliau mengikuti majelis taklim yang diadakan oleh ayah beliau sendiri (Syeikh Abdurrahman As-Segaff), sang ayah menerangkan tentang seorang ahli fiqih yang ingin membuang hajat dalam keadaan menghadap kiblat kemudian ia teringat bahwa hal tersebut tidak boleh (haram) , maka ia berpaling dari keadaan semula sehingga membelakangi kiblat dan ia teringat lagi bahwa itu juga haram, kemudian ia menghadap kearah lain, dengan begitu sang faqih mendapat ampunan dari Allah Swt. yaitu dengan menjalankan syariatnya dimana di dalamnya terdapat syiar syiar, salah satunya adalah menghormati Ka'bah sebagai kiblat. Berawal dari sanalah keinginan untuk memperdalam syariat secara matang tumbuh pada Sayyid Umar sejak kecil. Ketika majelis berakhir, Sayyid Umar kecil yang duduk di barisan akhir ditemui oleh ayahnya seraya berucap :"Oleh karena itu (yaitu ampunan Allah terhadap ahli fiqih dan niat beliau untuk itu) belajarlah, belajarlah dengan giat dan sungguh sungguh, karena sesungguhnya para ahli fiqih mempunyai bara apinya syariat Allah SWT (pangkal), sedangkan para ahli tasawuf mempunyai api unggunnya". Yang berarti bahwa ahli fiqih memperhatikan aktivitas yang bersifat lahiriah, sedangkan ahli tasawuf memperhatikan lahir dan batin. Sayyid Abdurrahman juga pernah berkata kepada beliau : "Bahwa uqiyah dari amal batin sebanding dengan sungai dari amal zahir", dengan maksud agar sayyid Umar kecil bisa menggabungkan antara kedua ilmu syariat dan hakikat atau lahir dan batin.

Dengan tuntunan Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Balhaj Bafadhal dalam bidang fiqih beliau menjalani pengembangan ilmu syariat, dan beliau lebih banyak menggandrungi kitab Minhaj (karya Imam Nawawi) dan kitab Tanbih karya Al-Imam Syirazi As-Syafi'i. Adapun kitab selain fiqih yang beliau lebih perhatikan adalah kitab Ihya Ulumiddin karya Al-Imam Al-Ghazali dan tafsir As-Sulami yang bernama at-Tahqiq, hingga dapat dikatakan beliau telah menghafalnya, selain itu, ia juga menimba ilmu dari ulama yang lain di Hadhramaut dan Syihr.

۞ Mujahadah

Dengan bimbingan orang tua yang juga sebagai guru, murabbi, didukung kemauan yang tinggi untuk menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia sebagaimana yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, ia juga berenang di samudra hati (kalbu) dengan jihad terhadap hawa nafsu dan taufik yang Maha Kuasa serta lingkungan yang penuh dengan cahaya Rabbani, sedikit demi sedikit beliau melangkah meniggalkan segala yang berkaitan dengan hawa nafsu menuju ridho Ilahi. Dengan kemauan yang kuat serta tekad yang teguh dan waktu yang panjang beliau mampu meninggalkan segala sesuatu yang bersifat mubah, apalagi hal-hal yang syubhat, sehingga amal perbuatan beliau selalu berkisar pada wajib dan sunnah, dengan demikian akhirnya beliau bisa mencapai hasil yang sempurna, sebagaimana dikabarkan bahwa ada salah seorang hamba Allah SWT yang mencapai derajat ketakwaan yang tinggi meminta kepada Tuhannya yang Maha Pengasih untuk memperlihatkan kepadanya derajat Syeikh Umar Al-Mihdhar, maka nampaklah cahaya yang menerangi dunia dan isinya, itulah maqam beliau saat itu, sementara derajat ketakwaan sendiri adalah martabat yang tiada akhirnya, yang merupakan milik dan karunia-Nya dan orang yang masuk kelembaran putih itu adalah orang yang mencari keridhoan-Nya.

Dalam mujahadahnya, beliau senantiasa bersabar dan bersabar terhadap godaan hawa nafsu yang menjadikan hati sebagai target utama, karena rusaknya hati mengakibatkan kerusakan di berbagai bagian yang lain.

Demi mencapai ridho Allah dan karena jihad terhadap hawa nafsu, Beliau hanya makan sekali untuk berhari-hari dan juga lebih dari 30 tahun tidak makan Ruthob dan kurma. Pernah suatu hari beliau mengambil satu biji kurma dan meletakkannya di tangan dengan membolak-balikkannya di atas jemari sambil memperhatikannya, lantas kemudian ia berikan kepada orang yang berada di sampingnya. Sayyid Umar lantas ditanya mengapa beliau melakukan itu, maka beliau menjawab : "Bahwa kurma adalah makanan favoritnya, tetapi ia berikan kepada orang lain demi keridhoan Tuhan dan karena mematahkan kehendak hawa nafsu dengan tidak mematuhinya.

Contoh lain dari usaha beliau dalam memerangi hawa nafsu adalah ia pernah selama dalam kurun 5 tahun tidak makan selayaknya orang yang hidup dan makan, selama sebulan beliau tidak menelan sesuatu kecuali air, begitu juga ketika dalam perjalanan haji selama 40 hari beliau tidak menelan sesuatu. Walau dalam keadaan begitu beliau tidak kehilangan kekuatan meneruskan perjalanan menuju Baitullah Al-haram.

Sesekali pernah pangkal tenggorokan beliau kering karena tidak pernah meneguk apapun dari makanan dan minuman, kemudian beliau menemui saudarinya yang bernama Maryam dan ia menyuguhkan serta menuangkan air untuk beliau, tetapi air itu tidak bisa masuk sampai akhirnya beliau meminum sedikit samin (sejenis minyak) guna melunakkan keringnya tenggorokannya sampai air itu bisa masuk ke dalam perutnya.

Hasilnya, futuh Rabbani dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan beliau raih, bumi seakan-akan tunduk untuk menerima perintah beliau dan mejauhi terhadap larangannya, kedudukan dan martabat beliau di mata Khaliq Sang Pencipta dan makhluk terpampang bahwa beliau menempati maqam Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yang mana benda-benda mati dan hewan tunduk kepadanya.

Itu semua setelah perjalanan panjang, hasil mujahadah ilmu syariat dan hakikat. Dari ilmu pengetahuan Rabbani tersingkap maklumat beliau, pada tahun 808 H pada masa Syeikh Abu Bakar As-Syilli Ba'alawi. Ketika itu Syeikh Umar memimpin taklim dan mengucapkan dari mulutnya ibarat yang mengasyikkan, menggugah hati, memukau telinga dan menyinari hati yang diisi dengan kata-kata yang indah untuk merumuskan masalah-masalah rumit dalam bidang syariat dan hakikat. Sayyid Umar pernah berucap bahwa beliau mampu mengeluarkan semua yang ada dalam tafsir ayat Al-Qur'an :
"ما ننسخ من آية أو ننسها نأت بخير منها أو مثلها" (سورة البقرة، الآية:106)
dan seluruh makna tersebut akan dipikul oleh 1.000 ekor onta.

Pengakuan mulianya beliau juga diakui sang ayah, bahwa di dalam dirinya ( Umar Al-Mihdhar ) terdapat sosok yang tidak diduga bahwa kemulian tersebut dimilikinya. Ketika Syeikh Umar mendengar ungkapan tersebut beliau lantas berkata :"Apakah ayahanda telah memiliki semua yang dianugerahi oleh Allah Swt. kepada diriku ?".

Bukti lain hasil mujahadah beliau bertahun-tahun dapat diketahui lewat kata kata beliau :"Aku memiliki tiga tangan : dari Rasulullah SAW, dari ayahku dan dari orang lain". Sayyid Umar pernah ditanya :"Darimana engkau memperoleh ilmu pengetahuan?", maka ia menjawab :"Kami mengambilnya setelah mengeluarkannya dari langit".

Syeikh Muhammad bin Ali bin Alwi Khirid pengarang kitab "Ghurar" berkata bahwa ia mendengar Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadhl Balhaj berkata :"Aku mengetahui 80 karamah dari Syeikh Umar Al-Mihdhar".

Diriwayatkan bahwa beliau terbiasa dalam berdzikir membaca Asma Allah Al-Husna Ya lathïf (يا لطيف) 1.000 kali dalam satu nafas, begitu juga yä Hafïzh (يا حفيظ). Menurut riwayat lain versi Khodim (pembantu beliau) beliau membacanya 500 kali dalam satu nafas. Dalam Syarah Ainiyah disebutkan bahwa Khadim beliau yang bernama Juraidan juga terbiasa membaca yä (Lathïf) 700 kali dalam satu nafas.

۞ Karakteristik

Beliau merupakan orang yang ringan tangan, sosialis, pemurah dan penuh rasa hormat terhadap tamu.

Diceritakan bahwa ada serombongan pasukan berkuda berjumlah kurang lebih 80 orang melewati daerah 'Urf dan mereka mengenal sifat Syeikh Umar, tetapi enggan dan segan untuk singgah, karena takut menyusahkan dan merepotkannya, sebab jumlah mereka yang tidak sedikit, ditambah tunggangan mereka, sedangkan beliau hanya mempunyai sedikit hasil dari kebun dan beberapa pembantu, akan tetapi rasa takut mereka kepadanya melebihi rasa enggan tersebut, maka singgahlah mereka, seraya Syeikh Umar menyapa, menyambut mereka dan berkata :"Jikalau kalian tidak turun singgah ke tempatku maka kalian tidak akan pernah sampai tujuan kalian!", itulah teguran dan sapaan beliau yang bertanda dari seseorang yang sangat bermasyarakat. Sayyid Umar menyatakan bahwa siap menjamu mereka walaupun mereka sejumlah daun daun pohon, tidak berapa lama siaplah jamuan untuk mereka dalam waktu yang singkat.

Pernah beliau menawarkan jasa kepada salah seorang sahabatnya untuk hajat yang mereka perlukan, kemudian sang sahabat meminta Ruthab kepadanya pada musim dingin yang bukanlah musim berbuah ketika itu, maka beliau masuk ke komplek pemakaman untuk ziarah, selang beberapa waktu datang kepadanya seorang laki laki menghampirinya, setelah berbincang-bincang sebentar lelaki tersebut menyerahkan bingkisan seraya berucap : "Ini makanan yang diminta sahabatmu !", tidak berapa lama Syeikh Umar menyerahkan bingkisan tersebut kepada temannya, seraya berkata : "Ini yang kamu minta!", setelah ia buka bingkisan tersebut berisi Ruthab, sahabat beliau tersebut menerimanya sambil terdiam kelu dan tidak mampu mengungkapkan pertanyaan siapa lelaki tersebut dan darimana Ruthab tersebut didapat.

۞ Sebagai Pengasuh dan Pendidik

Diriwayatkan bahwa salah satu murid sayyid Umar, berduaan dengan perempuan bukan muhrimnya di tempat yang sepi, ketika sang murid hendak melampiaskan hawa nafsunya datanglah utusan sang guru untuk menyuruhnya menghadap beliau saat itu juga, maka gagallah keinginan untuk memenuhi hasratnya, ia pun langsung menghadap, ketika itu Syeikh Umar mengambil debu dan menebarkanya ke wajah muridnya tersebut dan berkata : "Hampir saja kamu celaka".

۞ Aktivitas bidang sosial

Kiprah dan pengabdian beliau kepada agama Islam dalam bidang pendidikan, tarbiyah serta tazkiyah ternyata tidak menghentikan langkah beliau untuk khidmah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya sekedar berkorban dengan lisan, tetapi juga dengan akhlak nabawiyah, salah satu contoh peran aktifnya dalam kemasyarakatan ialah kedudukannya sebagai pengasuh dan pengayom kegiatan dan usaha masyarakat setempat, seperti di kota Syihr, Mukalla, Gheil dsb ia menentukan garis besar perekonomian penduduk setempat yang bermata pencaharian dibidang perkebunan, pertanian dan perikanan, dan zakat yang diperoleh dari masyarakat disalurkan kepada yang berhak, sedangkan hasil kerja bersama dikeluarkan untuk biaya kelangsungan kegiatan umat Islam agar berjalan lancar, seperti dakwah, pendidikan, pelayanan fakir miskin, anak yatim dan para pendatang.

Demikian banyaknya kontribusi yang telah beliau curahkan pada masyarakat, semua itu tidak mengurangi kedermawanan yang tumbuh dari sosok kepribadian beliau untuk menyedekahkan hartanya sendiri, sampai menurut karabatnya Sayyid Umar terlalu pemurah dan berlebihan sampai orang lainpun bertanya-tanya kepadanya, tapi beliau malah melantunkan ayat suci al Qur'an :
"ما عندكم ينفد وما عند الله باق" (سورة النحل: 96)
Sayyid Umar juga aktif di lembaga resmi yang dinaungi pemerintah setempat sebagaimana yang dicatat oleh Sholih bin Ali Al-Hamid dalam bukunya "Sejarah Hadhramaut" bahwa beliau termasuk dari orang-orang yang menandatangani kesepakatan bersama dari pemerintah saat itu untuk mengatasi masalah-masalah krusial yang terjadi di masyarakat bersama sepuluh orang lainnya, dan kesepakatan tersebut telah disetujui oleh 41 orang dari tokoh masyarakat setempat.

۞ Murid Murid

Diantara murid beliau adalah Syeikh Abdullah bin Abu Bakar As-Sakran , yang menurut beliau mempunyai peranan penting dalam "Hal" dan "Maqam" Bani 'Alawi,

Diantara muridnya Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran , Al-Habib Ahmad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqaddam, Al-Habib Husain bin Ahmad bin Alwi, Al-Habib Muhammad bin Abdulah bin Ali dan juga saudara-saudara beliau seperti Abdullah, Hasan, Husain dan Syeikh, Al-Faqih Muhammad bin Ali Bazagoifan, Syeikh Sa'id bin Ahmad Baghorib As-Syihri, Syeikh Abdullah bin Al-Faqih Ali Baharmi, Syeikh Abu Bakar bin Abu Qubail, Syeikh Husain bin Abdullah bin Muhammad Maula Dawilah dan Syeikh Ahmad bin Abu Bakar.


۞ Peninggalan

Diantara peninggalan beliau adalah masjid Umar al-Mihdhar (lebih dikenal dengan sebutan masjid Al-Muhdhar) yang terletak di kota Tarim dengan menara yang tinggi terbuat dari tanah yang dibangun oleh Syeikh Abu Bakar bin Syihab dan masjid-masjid lainnya yang berada di Syihr.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Wafat beliau pada hari Senin tanggal 2 Dzulqo'dah 833 H dengan meniggalkan 4 putri. di siang hari, tepatnya setelah adzan Zhuhur berkumandang, sayyid Umar mengambil air wudhu' diteruskan dengan iqamah sendiri dan langsung mendirikan shalat Zhuhur, ketika sujud pertama beliau berpulang ke rahmatullah, panjang sujudnya membuat orang yang disekitarnya merasa heran sampai mereka menegurnya, tetapi tidak ada reaksi apapun yang menandakan bahwa beliau sudah wafat, sampai ketika hendak dimandikan beliau masih dalam keadaan sujud.

Beliau disemayamkan di komplek pekuburan ahli Tarim Zanbal Turbatu Ahli Basyar.
رحمة الله عليه والمسلمين رحمة الأبرار




AL-HABIB ALWI BIN SYIHAB
(1303-1386 H )

۞ Nasab Dan Kelahiran

Beliau adalah Alwi bin Abdullah bin Idrus bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Idrus bin Ali bin Muhammad bin Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran, ibunya bernama Fatimah binti Muhammad bin Umar bin Ahmad Bilfaqih keturunan dari Al-Faqih Al-Muqaddam, nasab ibu dan ayahnya terkumpul bersama di kakeknya Al-Faqih Al-Muqaddam, ia adalah keturunan Rasulullah SAW ke 37 dari sisi bapanya, dan 36 dari sisi ibunya, ia dilahirkan di kampung an-Nuwaidiroh di kota Tarim pada bulan Muharram 1303 H dan besar di dalam rumah ilmu, diasuh oleh ibunya dan dididik oleh pamannya Muhammad bin Idrus, karena saat itu ayahnya sedang pergi merantau ke tanah Jawa, dalam kehidupan sederhana di waktu kecilnya ia menderita sakit parah yang mengganggu pertumbuhannya, ketika Sayyid Al-Mursyid Idrus bin Umar Al-Habsyi berkunjung ke Hawi Tarim, pamannya pun segera membawanya ke sana dan memintanya untuk mendo'akannya, sayyid Idrus kemudian meletakkan tangannya ke perutnya dan menyapu kepalanya sambil membaca do'a selama satu jam, kemudian ia menyuruh paman Alwi (Muhammad) untuk memberinya minum minyak (samin), beliau berkata : "Insya Allah ia akan sembuh, sesungguhnya aku tidak datang kesini kecuali untuk anak itu".




۞ Pendidikan, Guru dan Murid

Dimasa pertumbuhannya Al-Habib Alwi belajar membaca, menulis dan Al-Qur;an dengan Abdurrahman bin Muhammad bin Salman Baharmi, ia juga mengkaji fiqih serta tasawuf dengan Syeikh bin Idrus bin Abdullah Al-Aydrus dan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Kaff. Berangkat dan belajar bersama pamannya tersebut di zawiyah masjid Syeikh Ali dengan Mufti Diyar Hadhramaut Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (pengarang Bugyatul-mustarsyidin) dan ulama-ulama besar pada zamannya.

Pada usianya yang ke sebelas ibunya meninggal dan pada usia ke empat belas pamannya tersebut juga meninggal. Ketika mewabah penyakit kolera masyarakat tidak berani keluar dari rumah mereka, kejadian tersebut pada tahun 1318. Saat itu Sayyid Abdurrahman Al-Masyhur menyuruhnya untuk tetap aktif dalam rutinitas pelajarannya, sayyid Abdurrahman menasihati : "Jangan takut, kamu tidak akan menderita penyakit tersebut". Ia pun taat dan pergi sebagaimana adatnya, tanpa pernah terserang penyakit tersebut. Kesabarannya menuaikan hasil yang tidak sia-sia sampai diangkat menjadi guru besar di Tarim di zawiyah tesebut.

Diantara guru-gurunya :
Al-'Arifbillah Abdullah bin Hasan bin Sholih Al-Jufri Al-Bahr, Idrus bin Alwi bin Idrus Al-Aydrus, Al-Habib Muhyiddin bin Abdullah bin Husain Bilfaqih, Al-'Arifbillah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, An-Nibros Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Atthas, Sayyid Segaff bin Hasan bin Ahmad bin Husain Al-Aydrus, Abdullah bin Umar As-Syatiri, Syeikh Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib, dan lain lain.
Murid-murid beliau yang hadir saat beliau duduk mengajar adalah ulama-ulama besar, bahkan sebagian gurunya ikut belajar kembali dengannya, diantara mereka (muridnya) : Al-'Allamah Ahmad bin Abdurrahman bin Ali As-Segaff, Al-'Allamah Muhammad bin Hadi bin Hasan As-Segaff, Al-'Allamah Abdurrahman bin Ubaidillah bin Muhsin As-Segaff, Al-'Allamah Abdullah dan Alwi bin Thahir Al-Haddad, Al-'Allamah Salim bin Hafizh bin Syeikh Abi Bakar bin Salim, dan lain lain.

۞ Ketulusan Dakwah Dan Kesungguhan Mujahadah

Menginjak dewasa, beliau enggan untuk memberikan ceramah atau pengarahan di depan para guru-gurunya seperti Al-Habib Husain, sampai akhirnya sang guru (Al-Habib Husain) duduk di belakang secara sembunyi dalam masjid Syihabuddin mengikuti pengarahan Al-Habib Alwi, ketika itu ia sudah melihat kemapanan Al-Habib Alwi, ia pun (Al-Habib Husain) menyuruhnya untuk meneruskan, bahkan masyarakat yang tersentuh hati mereka dengan nasihatnya, meminta agar Al-Habib Alwi melowongkan waktu tambahan selain hari Jumat, ia pun mengabulkannya dan menempatkannya di masjid Baharun pada Senin malam, kemudian pindah ke masjid Surür yang sekarang dijalankan cucunya Al-Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Syihabuddin.

Beliau juga mewarisi sifat-sifat kakeknya Nabi Muhammad SAW shalatnya adalah penyejuk hatinya, istiqamah dalam ibadah dan membaca wirid, lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan, dibulan yang penuh berkah ini beliau hanya tidur 2/3 jam.

Suatu ketika seorang ulama bermimpi bahwa kubur sayyid Alwi berada di halaman masjid Syeikh Abdullah bin Syeikh Al-Aydrus sedang dikerumuni oleh masyarakat, sesudah delapan hari ia menceritakannya kepada Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Zein Al-Habsyi, beliau menjawab : "Nafsu kita masih hidup dalam diri kita masing-masing, sementara nafsu Al-Habib Alwi sudah terkubur dalam kuburan tersebut".

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Dua tahun sebelum meninggal beliau membisu, tetapi bukan karena sakit, karena jika datang seseorang dan mengucapkan syair-syair yang pernah ia ucapkan ketika khutbahnya ia akan meneruskan syair tersebut. Ketika ditanya tentang masalah yang lain ia berdiam, suatu hari ada yang menanyakan penyakitnya, ia pun menjawab :

حير بعقلي وفي مثله تحير العقول
 ميل الفروع الزكيةْ عن طريق الأصول


Artinya: Akal pikiranku bimbang dan memang sepantasnya terjadi, karena menyimpangnya keturunan yang suci dari jalan para pendahulunya.

Berbagai penyakit datang silih berganti menimpa beliau sampai akhirnya pada hari Sabtu 12 Ramadhan 1386 H, sekitar jam 02.00 lewat tengah malam beliau berpulang ke rahmatullah di Tarim kejadian itu hanya diketahui oleh anaknya Muhammad.



AL-HABIB ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN AS-SEGAFF
( W : 857 H )

۞ Kelahiran Dan Masa Pertumbuhan

Dilahirkan dan besar di kota Tarim di dalam asuhan orang tuanya sendiri dengan pengarahan dan bimbingan mereka sebagaimana mestinya seorang ayah. Ia menghafal Al-Qur'an dengan dua qiro'at, yaitu Nafi' dan Abi Amar dengan Ayahnya dan Syeikh Al-Faqih Muhammad bin Umar Al-Mu'allim, juga beberapa disiplin ilmu yang lain yang ia pelajari dari ayahnya.

۞ Sosok kepribadian

Dikenal sebagai sosok yang memiliki kemuliaan budi pekerti, bahkan menjadi simbol dari keturunan Hasyim bin Abdul Manaf, pewaris kemuliaan dari kakeknya, dialah pendiri tiang kerajaan dengan simbol kehormatan yang sempurna dan bermahkota kebesaran. Beliau adalah seorang yang bersih dari hawa nafsu, kenikmatan duniawi dan kebiasaan buruk manusia.

Syeikh Abdullah juga memperdalam dan mempraktekkan ilmu tasawuf dan batin serta ilbas-ilbas (pakaian) sufisme dengan saudaranya sendiri Syeikh Umar Al-Mihdhar yang ia lazimi. Ia bersungguh-sungguh dalam latihan dengan menjauhkan diri dari manusia dan hawa nafsu. ia bermukim di makam Nabi Hud As dalam waktu yang lama, kemudian Allah SWT memberikannya futuh sehingga banyak para wali, sahabatnya dan orang orang shaleh yang mengambil faedah dan hikmah darinya.

Dari perkataan beliau nampak doktrin-doktrin (ajaran) sufisme yang melampaui akal pikiran manusia, ia menjelaskan dengan dalil-dalil yang dikutip dari Al-Quran, hadits, serta memberikan argumentasi dengan akal pikirannya, Ia mahir dalam ilmu Al-Qur'an dan sering membacanya serta melazimi wirid wirid nabawiyah. Ia mengambil jalan ihtiyath (yang hati hati) dalam beribadah. Dengan etika dan perangai yang baik serta sangat rendah hati terhadap orang lain, ia sangat menjaga kehormatan, wara', zuhud, merasa cukup dengan apa yang ada, dicintai orang-orang, suka menolong, memuliakan orang-orang dan dengan senang hati mengabulkan permintaan orang lain, selalu memberi motivasi pada fakir miskin agar menjadi orang yang mampu sampai berhasil.

Beliau berpulang ke hadhirat ilahi pada tahun 857 H kemudian dimakamkan di Zanbal.


AL-HABIB ABDULLAH AL-AYDRUS
Sulthonulmala’ (Pemimpin Ulama) 811-865 H

۞ Nama Dan Gelar

Al-Aydrus adalah merupakan As-Sayyid As-Syarif, Muhyiddin, Imamul-auliya dan orang-orang shaleh, Qutbul- aqtabil-washilin, Syeikhul-masyayeikh, Ghautsul-akbar, Sayyidul-jama'ah, Sultanul-wujud Abdullah bin Abi Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaff.

Beliau biasa dipanggil Abu Muhammad, sedangkan gelarnya adalah Al-Aydrus yang artinya Pembesar Sufiyah, serta Sultanul Mala Al-Aydrus Al-Akbar.

۞ Kelahiran Al-Aydrus

Beliau dilahirkan sekitar permulaan bulan Dzulhijjah 811 H Ketika ia berumur 8 tahun kakek beliau sayyid Abdurrahman As-Segaf meninggal dunia dan ketika berusia 10 tahun ayahnya juga meninggal, kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Syeikh sayyid Umar bin Abdurrahman As-Segaff yang juga merupakan guru dan pendidiknya bersama saudara-saudaranya. Syeikh Al-Aydrus Al-Akbar berkata :"Pamanku telah memberikanku tiga kekuatan yaitu: Pertama, kekuatan dari Nabi Saw. dengan jalan kasyaf, kedua, kekuatan dari Syeikh Abdurrahman As-Segaf, dan ketiga, kekuatan dari salah satu orang ghaib. Setelah berusia 23 tahun pamannya berpulang ke rahmatullah. Dan beliau telah dinikahkan dengan anak pamannya yang bernama Aisyah.

۞ Pendidikan Dan Guru-Guru

Al-Aydrus Al-Akbar belajar Al-Qur'an dengan As-Sayyid Al-Mukasyif Muhammad bin Umar Ba'alawi. Dan belajar ilmu fiqih dengan beberapa ahli fiqih yaitu : Al-Faqih Sa'id bin Ubaidillah bin Abi 'Ubaid, Al-Faqih Abdullah Baharawah, Al-Faqih Abdullah Baghasyir, Al-Faqih Ali bin Muhammad Abi Umar, Al-Faqih Ibrahim bin Muhammad Bahurmuz dan lain-lain. Ia juga membaca berkali-kali kitab Tanbih, Khulasah dan Minhaj sehingga tiga kitab ini menjadi pegangan dan sandaran baginya.

Dalam ilmu hadits ia belajar dengan beberapa Guru yang berada di Hadhramaut, Yaman (waktu itu Yaman belum bersatu) dan Hijaz. Hal ini telah dikatakan oleh Multaqith Ahmad bin Zein Al-Habsyi Bahwa As-Syeikh Al-Quthub Abdullah bin Abi Bakar Al-Aydrus telah mengambil Hadits dari jama'ah yang berada di Yaman dan Hijaz. Al-Habib Abdullah bin 'Alwi Al-Haddad mengkritisi bahwa riwayat ini tidak akurat; karena kepergian beliau ke Yaman dan Hijaz tidak diketahui dengan jelas.

Ia juga belajar ilmu tasawuf dengan Syeikh Umar Al-Mihdhar (paman beliau) dan dididik olehnya. Ia juga membaca kitab-kitab Al-Imam Ghazali khususnya kitab Ihya 'Ulumuddin hingga hafal. Selain dengan pamannya (Syeikh Umar Al-Mihdar) Al-Aydrus Al-Akbar juga belajar ilmu tasawuf dan hakikat dengan pamannya yang lain yaitu : Ahmad, Syeikh, Muhammad dan Hasan, demikian juga Jamalullail. Dan belajar ilmu bahasa arab dengan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Bafadhl, Muhammad bin Ali Ba'ammar dan lain-lain.

۞ Karakter Dan Mujahadah

Beliau adalah orang yang sangat tawadhu', untuk keridhoan Allah Ta'ala, ia pernah meletakkan tanah di atas kepala karena merendah diri kepada Allah Jalla Wa 'Ala. Terkadang ia membawa belanjaan keperluan dari pasar dan ia masukkan ke dalam pakaian atau ia letakkan di atas kepala serta punggungnya, ia pun tidak ingin dibantu dan selalu menolak tawaran bantuan dari seseorang, ia juga pernah duduk di atas kotoran sampah.

Ia pun sangat berbakti kepada ibunya, ia memberikan air minum kepadanya yang mana air tersebut diambil dari air hujan sehingga beliau sering pergi ke tempat-tempat yang jauh hanya untuk mendapatkan air hujan.

Dalam usia 6 tahun beliau sudah memulai mujahadah nafsiyah (diri). Dan semasa 7 tahun lamanya ia berpuasa dan hanya berbuka dengan 7 biji kurma dan sedikit roti yang diberikan ibunya pada malam hari, hal ini ia lakukan, karena menutupi kekhawatiran ibunya, bahkan pernah dalam 1 tahun hanya memakan 5 Mud saja, selama 3 tahun ia bertahan tidur di atas kotoran sampah, ia juga pernah tidak tidur siang dan malam selama lebih dari 20 tahun.

Pembesar-pembesar wali dan masyayikh pun memuji As-Syeikh Abdullah Al-Aydrus, diantaranya kakek beliau Al-Imam Abdurrahman As-Segaf, ayah beliau, paman-paman beliau dan yang lainnya. Diantara pujian mereka adalah :

* Perkataan kakek beliau (ketika Al-Aydrus masih berupa janin di dalam perut ibunya) : "Anak yang bersih yang akan menjadi wali quthub bagi penduduk timur dan barat".

* Perkataan Umar Al-Mihdhar (paman beliau) Bahwasanya dia memiliki atsar (peninggalan) seluruh Bani 'Alawi dan dia membawa hal ihwal (berupa akhlak) para pembesar mereka, sedangkan dia masih berumur 7 tahun".

* Perkataan Muhammad bin Ali Maula Aidid : "Dalam dirinya ada madad (pertolongan, dan lain lain.) bagi manusia".

* Sebagian ahli kasyaf telah melihat Rasulullah SAW memujinya : "Ini anakku, ini pewarisku, ini bagian dariku, ini pewaris sunnahku dan lain-lain".


۞ Mutiara Hikmah

Perkataan beliau sangat indah sehingga menjadi hikmah dan petunjuk bagi seorang muslim, untuk memelihara waktu dan umur, keistimewaan shalat tengah malam serta dorongan untuk bersedekah ia berkata :
اعصر جسمك بالمجاهدة حتى تستخرج منه دهن الصفا
Peraslah badanmu dengan mujahadah hingga mengeluarkan minyak murni.

لا يقع العبد عبداً حتى لا يخرج كلمة إلا بإذن ربّه، ولا يقع العبد عبداً حتى يصفو باطنه عن الخلق كلهم
Tidaklah seseorang betul-betul menjadi hamba, sampai lidahnya tidak bertutur kecuali dengan izin-Nya dan tidaklah seseorang menjadi hamba sampai ia membersihkan batinnya dari makhluk.

من أراد الصفا الرباني فعليه بالانكسار في جوف الليل, وآخر الليل كبريت أحمر, غريب لطيف دقيق, لا يكاد يوجد
Barang siapa yang menghendaki kemurnian dari Tuhan, maka berdo'alah dan menangislah ketika tengah malam, karena akhir malam adalah kibrit (sulfat) merah, menakjubkan, lembut, halus, hampir tidak terasa.

من شمر عن ساق الجد واجتهد فلا بد أن يعثر على شيء من هذا السر
Barang siapa yang menyingsing lengan bajunya (sungguh-sungguh), pastilah ia mendapatkan rahasia ilahi.

والكنوز كل الكنوز في دعائم الاجتهاد, وتوزيع الأوقات هو اللب, بل هو المخ, بل هو الجوهر الأبدي, والكبريت الأحمر الذي لايدرك في خزائن الدنيا والآخرة إلا لمن وفقه الله تعالى
Seluruh perbendaharaan berada di dalam pondasi ijtihad, pembagian waktu adalah otak, sungsum (inti/rahasia keberhasilan) bahkan permata keabadian dan sulfat merah yang tidak ditemukan di dunia dan akhirat kecuali bagi orang yang mendapat taufik dari Allah SWT.

ومعظم أوقات الكنوز بين الظهر والعصر وبين المغرب والعشاء ونصف الليل الأخير وبعد الصبح.
Waktu yang paling bernilai untuk perbendaharaan (di akhirat) adalah antara Zhuhur dan Ashar, antara Maghrib dan Isya, serta separuh malam yang kedua dan sesudah Shubuh.

والخير كل الخير وأصل كل مقام وبركة في ذكر القبور والموت والموتي
Seluruh kebaikan dan sumber kemuliaan dan keberkahan adalah dalam mengingat kubur, kematian dan orang-orang mati.

وموضع رضا الله ورضا رسوله مطالعة كتاب (إحياء علوم الدين). وترك الغيبة مملكة . وترك النميمة سلطنة. وحسن الظن ولاية. ومجالسة ذكر الله مكاشفة
Tempat keridhoan Allah SWT dan Rasul-Nya adalah menelaah kitab "Ihya Ulumiddin", meninggalkan gibah (mengupat) adalah kerajaan, meninggalkan adu domba adalah kesultanan, sangka yang baik adalah kewalian, duduk berdzikir kepada Allah SWT adalah mukasyafah (mengungkap rahasia).



والخير كله في الصمت واستعمل الفكر ففيه سر ولا تخل صدقة كل ليلة ولو مثقال ذرة
Seluruh kebaikan terdapat dalam diam, gunakanlah akal fikiran, karena di dalamnya terdapat rahasia, janganlah hari-harimu kau lewatkan tanpa sedekah sekalipun seberat alar semut.
واحرص على تلاوة القرآن في الليل والنهار
Sering-seringlah membaca Al-Qur'an diwaktu siang dan malam hari.

وعلامة السعادة والتوفيق والعلم والعمل حسن الخلق والأدب؛ لأنه حياة القلب
Tanda keberuntungan, taufik, ilmu dan amal adalah berakhlak mulia dan beradab, karena semua itu akan menghidupkan hati.

وعلامة العقل الصمت، وعلامة الخوف كثرة الحزن، وعلامة الرجا كثرة العبادة، وعلامة الزهد القناعة، وعلامة الكرم بذل الجهد في الخير وفي رضا الله، وعلامة التوبة كثرة الندم
Tanda orang yang berakal adalah diam, tanda orang yang takut adalah sering bersedih, tanda pengharapan adalah banyak beribadah, tanda zuhud merasa cukup, tanda pemurah adalah dengan bersungguh-sungguh dalam kebaikan dan keridhoan-Nya, tanda taubat adalah banyak penyesalan.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Al-Habib Abdullah Al-Aydrus Radhiyallahu'anhu wafat sebelum gelincir matahari pada hari Minggu 12 Ramadhan 865 H, pada saat berusia 54 tahun di tempat yang diberi nama Ba'ul di Sihr, kemudian dibawa oleh rombongan sekitar 14 orang ke kota Tarim. Dan pada waktu itu pula terjadi gerhana bulan. Beliau di makamkan sebelum fajar dan yang menjadi imam shalat jenazah dan talkin adalah saudara beliau Habib Ali bin Abi Bakar, kala itu ia berkata : "Engkau sudah tiada, dunia pun sepi karena kehilanganmu, sampai hari ini tidak ada penggantimu".

Beliau meninggalkan 4 anak laki-laki yaitu : Abu Bakar Al-Adani, 'Alwi (yang keduanya dari istri yang bernama 'Aisyah binti Umar Al-Mihdhar), Syeikh (dari istrinya yang bernama Maryam binti Ahmad bin Muhammad Barusyaid) dan Hasan (dari istrinya yang bernama Ummu Hani binti Ali bin Abi Madrak). Dan juga meninggalkan 4 anak perempuan yaitu : Ruqayah, Khadijah, Ummu Kulsum (ketiga anak ini dari istrinya Aisyah) dan Bahiyah ( dari istrinya keturunan Bahajar).

۞ Karamah-Karamah

Syeikh Abdul Qadir Al-Aydrus menyebutkan beberapa karamah Syeikh Al-Habib Abdullah bin Abi Bakar Al-Aydrus di antaranya :

o Menghidupkan dan berbicara dengan orang yang sudah meninggal dunia.
o Membelah dan mengeringkan laut.
o Berjalan di atas air.
o Membalik Mata.
o Mengerutnya bumi.
o Menyembuhkan orang sakit.
o Berbicara dengan binatang dan mereka tunduk dan patuh kepadanya.
o Mempercepat waktu dan memperpendeknya.
o Memikat atau menawan hati.
o Melihat sesuatu yang jauh dari belakang dinding dan lain-lain.

AL-HABIB ABDULLAH AL-HADDAD
Al-Qutbul Irsyad Walbilad (1044-1132 H )

۞ Nasab Dan Kelahiran

Sebuah cacat fisik tidak akan menghambat seseorang yang akan mengemban misi untuk menghidupkan manhaj-manhaj dakwah islam dengan mencurahkan akal fikiran, mengarang buku-buku, atau berdakwah dengan lisan, sifat dan uswah yang baik dalam keseharian. Hal itulah yang nampak dan dibuktikan seorang ulama besar Al-Quthub yang memberikan pendidikan, pengarahan serta tuntunan bagi negerinya ialah Al-Imam Abdullah Al-Haddad yang memiliki nama lengkap : Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Al-Haddad bin Alwi bin Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Al-Allamah Ahmad bin Syeikh Al-Imam Abdurrahman bin As-Sayyid Al-Imam Alwi (paman Al-Faqih Al-Muqaddam) bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Ba'alawi, terlahir di kampung Subair pinggiran kota Tarim pada hari Kamis 5 Shafar 1044 H, dan terdidik di kota tersebut. Ketika berusia empat tahun beliau tertimpa musibah hingga kedua matanya buta, tapi Allah SWT menggantinya dengan cahaya mata hati (bashirah), dengan kegigihan dan kesabarannya sebagaimana kokohnya gunung di Hadhramaut yang menjulang tinggi tergambar sebuah isyarat bahwa seorang yang terlahir dengan kecacatan buta mata ini akan menyirami kota Tarim dengan semerbak bunga, pada masa kecilnya setiap kali pulang dari ma'lamah Al-Haddad kecil pergi ke Masjid Ba'alawi dan beberapa masjid lain di kota Tarim untuk shalat sunnah duaratus raka'at dan ketika baru menginjak usia 20 tahun, ia sudah mempunyai karangan-karangan yang berbobot.

۞ Dakwah Yang Ikhlas

Hati yang gundah dan penuh dengan perasaan yang tidak tenang dengan sebuah kepentingan dalam upaya men-dekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa serta menunjukkan jalan yang terang bagi umat Nabi Muhammad SAW, itulah karakter beliau dengan keikhlasannya berdakwah bilhikmah walmau'izhah hasanah, datanglah berduyun-duyun dari anak kecil, dewasa sampai jompo-jompo untuk menghadap kepadanya, mendengarkan nasihatnya, memetik bunga yang harum semerbak, mempraktekkan akhlak dan sosok kepribadian-nya dari adab sekecil cara meminum air sampai bermu'amalah dan sopan santun dalam hidup sehari-hari bermasyarakat. Suara beliau pun direspon di seluruh pelosok kota Tarim pada khususnya dan Hadhramaut pada umumnya, sampai ke seluruh penjuru dan belahan dunia dari ketika hidupnya sampai wafatnya, lihatlah dzikir beliau yang terhimpun dalam "Wirdullatïf" dan "Rätibul Haddäd", buku-buku beliau seperti "Nasha'ih Ad-Diniyah", "Risalatul Mu'awanah" dan "Ad-Da'wah At-Tammah", begitu pula kasidah-kasidahnya yang sastrawi, yang tidak akan tersusun kecuali dari seorang sastrawan yang cendikia. Sayyid Ahmad bin Umar Al-Hinduan berkata :"Al-Imam Al-Haddad telah mencapai derajat mujtihad mutlak". Pada tahun 1079 H beliau pergi menunaikan ibadah haji dan menziarahi kakeknya Nabi Muhammad SAW disamping berdialog dengan ulama Makkah dan Madinah yang mengenal martabat beliau disisi Allah SWT, mereka pun memuji dan berharap dapat mencapai derajat mulia yang telah dicapai oleh Al-Imam Al-Haddad.


۞ Guru-Guru

Kesabarannya dalam melazimi guru-gurunya semenjak belajar, menuaikan berkah ilahi, angin segar pun ia capai dari kesungguhannya tersebut. Guru-guru beliau adalah ulama kharismatik dan populer yang sudah aktif sebagai Da'i ilallah, karakteristik dan kereativitas mereka pun tidak jauh beda dengan Al-Haddad dewasa, bahkan Al-Imam Al-Haddad mempunyai karangan melimpah, tersebar dan dibaca oleh banyak orang, itulah yang dinamakan "Ilmun Nafi'" ilmu yang bermanfaat sebagaimana do'a sayyidina Abu Hurairah yang diamini oleh Rasulullah SAW.

Diantara guru-guru beliau adalah : Al-Qutbul Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrahman As-Segaff, Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syeikh Aidid, Al-Allamah Al-Habib Sahal bin Ahmad Bahasan Al-Hudaili Ba'alawi, Al-Allamah Al-Habib Muhammad bin Alwi As-Segaff (Makkah).

۞ Murid-Murid Yang Teladan

Seperti pepatah : "Buah duren tidak akan jatuh jauh dari pohonnya" murid-murid beliau pun bagaikan anak kandung sendiri di bawah asuhan beliau, terdidik suluk dan berakhlak mulia serta menjadi Da'i yang mukhlis, anak-anak beliau sendiri seperti Al-Habib Hasan adalah murid beliau yang meneruskan jejak langkahnya. Diantara murid yang lain adalah : Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi, Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, Al-Habibain Muhammad dan Umar bin Zein bin Smith, Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Bar, Al-Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman As-Segaff, Al-Habib Muhammad bin Umar bin Thoha As-Sofhi As-Segaff, dll .

۞ Karya-Karya

Karya-karya yang mengandung nasihat dan hikmah dengan landasan hadits-hadits nabawi adalah ciri khas karangan beliau, "Jika Allah SWT sudah mencintai hambanya; maka Allah memanggil Jibril : "Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia", kemudian Jibril mengabarkan kepada penghuni langit : "Sesungguhnya Allah SWT mencintai si fulan, maka cintailah dia", sampai perkataannya didengarkan dan diterima oleh masyarakat", ini adalah kesimpulan dari hadits riwayat Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, seperti itulah umat Islam dari zaman beliau sampai sekarang mempelajari, meneliti, menghafal, atau hanya sekedar membaca, menelaah dan menterjemahkannya ke bahasa Inggris dan Perancis, bahkan ada yang menjadikannya seperti hidangan yang disajikan setiap waktu, mereka mengatakan : "Karya Al-Imam Al-Haddad mencakup kesimpulan dan pokok dari karya-karya Al-Imam Al-Ghazali yang selalu ada menjadi koleksi perpustakaan Islam", itulah karya-karya yang terangkum padat melengkapi bahtera kehidupan sehari-hari.

Berikut daftar sebagian kitab-kitab karya Imam Al-Haddad :

1. Ad-Da'wah At-Tammah
2. Risalah Al-Mu'awanah…
3. Nasaih Ad-Diniyah
4. Kitabul-hikam
5. Al-Fusul Al-Ilmiyah Wal-Fusul Al-Hukmiyah
6. Sabilul Id-Dikar Wal-I'tibar…
7. Risalah Al-Mudzakarah Ma'al Ikhwan…
8. Risalah Suluk Adabil-Murid
9. An-Nafa'isul-ulwiyah…
10. Ittihafus-sa'il dan lain lain.

۞ Keluarga Al-Imam Al-Haddad

Al-Imam Al-Haddad memiliki beberapa istri, dan dikarunia oleh Allah SWT beberapa anak laki-laki dan perempuan yang solih dan solihah, diantara mereka adalah : Alwi, Hasan, Husain, Salim, Muhammad dan Zainul Ibad.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Siapa yang terang awal kehidupannya; maka terang pula akhirnya, senantiasa dalam khidmah untuk agama Allah SWT dengan berdakwah, menggambarkan khusnul khatimah ketika berpulangnya Al-Imam Al-Haddad pada tahun 1132 H di kota Tarim dan di makamkan di Zanbal sebelah selatan dekat dengan Al-Imam Abdullah Al-Aydrus bin Abi Bakar, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan rahmat yang luas dan keberkahan baginya di dunia dan akhirat kelak.



AL-HABIB ABDULLAH BIN SYEIKH
Shafwatul Alawiyin ( 945 -1019 H )

۞ Nama, Karakter Dan Kelahiran

Sayyidina Abdullah Al-Aushath bin Syeikh bin Abdullah bin Syeikh bin Syeikh Abdullah Al-Aydrus, beliau lahir di Tarim pada tahun 945 H dan tumbuh di sana, berguru dalam ilmu tasawuf dengan ayahnya, Syeikh Abu Bakar bin Salim, Sayyid Muhammad bin Aqil Mudaihij dan Syeikh Umar bin Abdullah Al-Aydrus. Dan berguru dalam ilmu fiqih dengan Syeikh Hasan bin Al-Faqih Abdullah Bafadhl dan ulama yang lain di Makkah, Madinah dan India. Beliau mempunyai wibawa yang mulia di muka pejabat dan masyarakat, sangat dermawan dan mencintai fakir miskin.

Syeikh Ahmad bin Husein Al-Aydrus mengisyaratkan bahwa beliau adalah pewaris ilmu-ilmu ulama terdahulu. Musyaikh bin Abdullah bin Ali berkata : "Seandainya kami membanding semua keluarga Ba'alawi dengan beliau, maka ia akan melebihi mereka semua". Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Amudi Al-Makki berkata : "Siapa yang ingin menyaksikan akhlak Nabi Muhammad SAW Maka lihatlah Sayyid Abdullah bin Syeikh".

۞ Karamah Beliau

Suatu hari beliau memerintahkan kepada pembantunya untuk memperbaiki atap rumahnya, padahal tidak ada sedikitpun tanda-tanda badai, setelah perbaikan selesai menggelaplah awan tanpa diduga, dan turunlah hujan yang lebat dan badai yang keras selama delapan hari.

Shaleh Baguraib (pembantu beliau) meminta kepada beliau agar mempertemukannya dengan Nabi Khadir AS Beliau berkata : "Engkau akan bertemunya insyaAllah", suatu hari ia (Shaleh) pergi ke kebun kemudian pulang dengan membawa kurma. Ketika sampai pada jalan yang terletak di pinggiran gunung ia bertemu dengan seorang laki-laki yang membawa sepotong kain ditangannya beserta tongkat, ia berkata : "Wahai Shaleh, sampaikan salamku kepada Sayyid Abdullah dari Abul Abbas", setelah ia sampaikan, Sayyid Abdullah berkata : "Ia adalah Nabi Khadir AS".

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Seorang wali Allah selalu memahami isyarat-isyarat yang diberikan padanya karena kedekatannya kepada sang Khaliq Allah SWT. Al-Habib Abdullah bin Syeikh sebelum wafatnya memberikan beberapa isyarat akan kepergiannya dari kehidupan ini, suatu ketika selesai shalat Jum'at, disela-sela bersalaman beliau berkata : "Aku akan meninggalkan kalian, aku sudah tidak mengenal dunia ini lagi", kemudian dihari yang lain beliau mengingatkan pada mereka yang ada disekitarnya : "Ambillah faedah dariku sebelum kamu kehilanganku". Beliau juga memberitahukan bahwa beliau akan meninggal pada waktu shalat sebagaimana Syeikh Umar Al-Mihdhar.

Begitulah beberapa isyarat yang beliau paparkan yang menandakan telah dekatnya wafat beliau, hingga pada hari Kamis 14 Dzulqa'dah 1019 H, beliau berwudhu untuk shalat Ashar, seseorang berkata kepadanya : "Air sangat dingin dan waktu Ashar masih panjang, bagaimana jika shalat Ashar kita tunda", beliau menjawab waktu tinggal sedikit, lebih baik kita shalat sekarang, kemudian shalatlah beliau bersama jamaah dan ketika ruku' atau sujud terdengar suara dari mulut beliau "Allah, Allah", ketika itulah ruh beliau yang mulia keluar dari jasadnya menuju Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi, kemudian sebagaimana pendahulunya beliau dimakamkan diturbah Zanbal.


AL-HABIB ABDULLAH BIN AHMAD AL-AYDRUS
Pemilik Kedigdayaan (W: 1025 H)

۞ Silsilah dan Nasab

Pemilik karamah, ahwal rohani, menyingkap rahasia, pangkat yang tinggi, bijaksana dalam bertindak, terpampang dihadapannya rahasia ketuhanan dan kerajaan-Nya, melimpah baginya karunia ilahi, ia bernama Abdullah Shahibut-Thaqah bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaff.

۞ Menunaikan Ibadah Haji

Bergandeng tangan dengan pemuka kaum sufi seperti ayahnya Ahmad, Syeikh Ahmad bin Alwi Bajahdab dan Al-faqih Ali bin Ahmad As-Sayyah bin Abdullah As-Sufy Bafaraj ketika mudanya sampai ia pergi menunaikan ibadah haji bersama saudaranya Muhammad, ia pergi karena pekerjaan yang telah ia tekuni, ketika berada di Makkah masyarakat Yaman (Utara) memintanya untuk datang dan menetap di sana, namun permintaan itu tak dipenuhi olehnya.

Tidak berapa lama ia kembali ke tanah kelahirannya Tarim tampaklah darinya berbagai hal yang menakjubkan, dan datanglah padanya penduduk dari berbagai penjuru untuk mengambil berkah serta manfaat darinya -diantara orang yang paling dekat dengannya ialah keponakannya Al-Habib Ahmad bin Muhammad-, seringkali muncul sesuatu yang aneh hingga tak sadarkan diri, ketika itu ia berteriak sekeras-kerasnya, terkadang ia berlebih-lebihan dan memerintahkan seseorang untuk memukul terbang lalu mereka mengelilingi lorong-lorong kota tarim sejak malam hari hingga terbit fajar.

۞ Keharmonisan Rumah Tangga

Sayyid Abdullah seorang sosok yang memiliki rasa cinta yang dalam kepada istri-istri serta keluarganya, ia sering meluangkan waktu dan memberikan perhatian khusus untuk mereka, mampu menyeimbangkan nafkah lahir dan batin, hingga sampai pada batas yang tidak dicapai oleh orang-orang yang hidup sezaman dengannya.

۞ Karamah

Tidak diragukan karamah yang beliau miliki, firasat yang ia sampaikan, terkabul do'a-do'anya, kemampuaanya menyingkap rahasia laksana cerahnya pagi hari, tak seorangpun datang padanya kecuali tercapai keinginanya, tak satupun orang yang kehilangan lalu datang padanya kecuali ia dapatkan, tak seorangpun mampu menyimpan rahasia darinya, tak seorangpun yang berasal dari penjuru dunia meminta pertolongan padanya kecuali diberikan pertolongan oleh Allah SWT. Ketika ia memberikan kabar gembira bahwa sifulan masuk surga maka seketika itu pula hilang penglihatannya (fulan). Banyak orang yang fasik bertaubat berkat do'anya.

۞ Berpulang Kepangkuan Sang Khaliq

Al-Habib Syeikh bin Abdullah Al-Aydrus berkata dalam kitabnya "Al-Silsilah": Ialah satu-satunya orang yang diberi karunia oleh Allah tentang rahasia para wali, begitu terang dihadapannya kedudukan serta martabat para Arif billah, memiliki kharisma dan kedudukan yang tinggi dimasyarakat, sedikit sekali ia memejamkan mata demi kesejahteraan masyarakatnya, dakwahnya diterima dikalangan pemerintahan dan masyarakat awam sampai akhirnya dijemput oleh sang pencipta pada tahun 1025 H dengan meninggalkan beberapa anak, diantara mereka Abu Bakar dan Abdurrahman yang keturunannya tersebar di India, anak ketiga dan keempat adalah Ahmad dan Alwi shahibu tsaby rahmatullah alaihim ajma'in.


AL-HABIB ABU BAKAR BIN ABDURRAHMAN AS-SEGAFF
As-Sakran (Mabuk dalam Ibadah) W: 821 H

۞ Nama, Karakter Dan Kelahiran

Sayyidina Al-Imam Abu Bakar As-Sakran dilahirkan di kota Tarim dan besar di sana, beliau selalu melazimi ayahnya sejak kecil, di waktu ayahnya masih hidup ia sudah diizinkan untuk membai’at dan memakaikan pakaian sufisme kepada orang lain, di awal mula suluknya ia sering melakukan riadhah dan mujahadah batin secara rahasia dan menjaganya agar tidak diketahui orang lain, ia juga selalu mengosongkan hati dari kesibukan duniawi hanya untuk mengingat Allah SWT.

۞ Keistimewaan Dan Kemuliaan

Sebagaimana lazimnya sosok kepribadian para kaum sufi, beliau juga diberi anugerah oleh Allah SWT keistimewaan, diantaranya : pernah bertemu dengan para Nabi, melihat alam Malaikat, melihat 'Arsy, mengetahui alam-alam gaib, mengetahui martabat-martabat para wali, melihat alam barzakh, sorga, neraka, dan banyak lagi dari rahasia Allah SWT yang menunujukkan kekuasaan-Nya.

Ketika datang "hal'' (kondisi rohani), ia pun menjauhkan diri dari tempat tidur, karena gelisah ia pun tidak bisa tidur siang dan malam, kadang-kadang ia merasa kedinginan di musim panas, sebaliknya kepanasan di musim dingin, sehingga beliau tidur di teras untuk menghilangkan rasa panas tersebut.

Sering muncul karamah dari diri beliau dalam keadaan tidak sadarkan diri, sehingga apabila ia sadar, beliau mengingkarinya dan berkata : "Aku tidak mengatakannya, aku tidak memperbuatnya". Pernah juga suatu ketika terjadi hujan lebat, masyarakat mengira akan terjadi banjir besar, namun beliau mengingkari kekhawatiran masyarakat dan berkata : "Tidak akan terjadi banjir besar kecuali di wadi Guraib (salah satu pemukiman di Hadhramaut)", benar apa yang beliau katakan banjir hanya terjadi di wadi Guraib.

Pernah dua orang laki-laki datang untuk menemuinya sesudah shalat Jum’at di masjid Jami’, beliau berbincang bersama keduanya sampai waktu adzan Ashar dikumandangkan, saat itu mereka merasa kelaparan, beliau berkata : "Ambillah makanan dalam bajuku ini", mereka turuti saja apa yang beliau perintahkan, seketika itu mereka kaget setelah menemukan roti yang masih panas dalam baju beliau, lalu mereka makan sampai kenyang namun masih tersisa, dan akhirnya sisa roti itu dimakan oleh beliau.

Suatu hari beliau bertemu dengan orang yang membutuhkan pinjaman uang, beliau bertanya : ''Berapa keperluanmu?”, orang tersebut menjawab : ''Tiga dinar untuk memenuhi kebutuhan keluargaku". "Tenanglah kamu akan segera mendapatkannya" beliau berujar, tak lama kemudian orang tersebut bertemu dengan temannya lalu memberinya tiga dinar, namun ia masih merasa kurang dan kemudian berusaha keras untuk mendapatkan tambahan, tetapi tidak menghasilkannya kecuali sebatas yang telah ia katakan pada Syeikh Abu Bakar As-Sakran.

۞ Hikmah-Hikmah

Beliau berkata : "Tak ada satu jalanpun yang telah dilalui kaum sufi kecuali telah kami tempuh". Syeikh Ali (anak beliau) berkata : "Jalan tersebut ialah jalan orang-orang yang benar-benar berpegang teguh dengan syariat, mengamalkan sunnah-sunnah Rasul SAW dan mengikuti jejak langkahnya”.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Beliau wafat pada tahun 821 H dan di makamkan di Zanbal Tarim Al-Ghanna.


AL-HABIB HAMID BIN UMAR BIN HAMID
(1125-1209 H )


۞ Nama Dan Kelahiran

Al-Habib Hamid bin Umar bin Hamid bin Alwi bin Hamid bin Umar bin Ahmad bin Abibakar bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Munaffir bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi bin Al-Faqih, dilahirkan di kota Tarim pada tahun 1125 H dan besar di sana, semenjak kecil beliau telah memperdalam dan mempraktekkan akhlak kaum sufi sampai mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT ketika dewasa.

Beliau adalah orang yang sangat taat dan berbakti pada orang tua bahkan jika beliau duduk dengan sang ayah, maka beliau tidak pernah berani mengipas lalat yang terbang di wajahnya dan tidak pernah membelakangi ayahnya, ia juga tidak mengenal dunia.

Belajar dengan ayah kandungnya sendiri dan pamannya Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, ia juga pergi ke Dau'an dan belajar dengan Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Bar dan menggantikan ayahnya menjadi imam masjid Ba'alawi. Al-Habib Umar bin Zein bin Smith berkata : "Semua orang yang masuk sembahyang di masjid Ba'alawi mendapatkan nur ilahi, kecuali Al-Habib Hamid ia justru menambah nur di dalam masjid". Ketika Al-Habib Hamid ziarah ke kubur kakeknya Nabi Muhammad SAW beliau berada di shaf belakang jauh dari ar-Raudhah (antara kubur dan mimbar Nabi yang asli), Rasulullah SAW pun rindu, dan berkata : "Aina hafïdï Hamid bin Umar bin Hamid, dimana Hamid bin Umar bin Hamid, mendengar itu penjaga kubur terkejut kemudian dengan penuh rasa heran ia berjalan sambil menanyakan kepada jama'ah : "Hal Fïkum Hamid bin Umar bin Hamid", adakah dari kalian Hamid bin umar bin Hamid, terus berjalan sampai ia temui Al-Habib Hamid di penghujung shaf, kemudian mengawalnya ke depan untuk menemui kakeknya yang tercinta Rasullah SAW.

۞ Berpulang Ke Rahmatullah

Beliau wafat sesudah shalat Isya dan rawatibnya, di kota Tarim bulan Sya'ban setelah pulang dari ziarah Nabi Hud AS pada tahun 1209 H, inna lillahi wainna ilaihi roji'un.
Susunan dan tata tertib ziarah turbah zanbal

"Barang siapa berziarah kesatu makam di Zanbal sebelum Al-Faqih Al-Muqaddam maka batallah ziarahnya" .

Berdasarkan tuntunan dan kebiasaan masyarakat tarim susunan ziarah di turbah Zanbal sebagai berikut :

1. Al-Habib Al-Faqih Al-Muqaddam.
2. Al-Habib Alwi bin Al-Faqih.
3. Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Al-Faqih.
4. Al-Habib Abdurrahman As-Segaff.
5. Al-Habib Ali bin Alwi Khali’ Qosam.
6. Al-Habib Muhammad bin Hasan Jamalullail.
7. Al-Habib Muhammad bin Ali Maula Aidid.
8. Al-Habib Syeikh bin Abdurrahman As-Segaff
9. Al-Habib Umar Al-Mihdhar.
10. Al-Habib Alwi bin Syihab dan anaknya Muhammad.
11. Al-Habib Abdullah dan Agil bin Abdurrahman As-Segaff .
12. Menghadap ke arah ahli Al-Furoith (menghadap ke utara dari depan kubah Al-Aydrus)
13. Al-Habib Sulthonulmala’ Abdullah Al-Aydrus.
14. Al-Habib Abdullah Al-Haddad.
15. Al-Habib Abdullah bin Syeikh Al-Aydrus Shafwatul-Alawiyin.
16. Al-Habib Abdullah Al-Aydrus Shohib at-Thoqoh.


Berdasarkan kebiasaan yang ada di Tarim, ziarah rutin di turbah Zanbal diadakan pada hari jum'at pagi setelah isyraq dan setelah shalat asar pada bulan Ramadhan. Ziarah biasanya dipimpin oleh tokoh ulama di Tarim, untuk saat ini yang memimpin adalah Al-Habib Ali Masyhur bin Hafizh (Saudara kandung dari Al-Habib Umar bin Hafizh, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthafa).

Selaku pemimpin ziarah Al-Habib Ali Masyhur biasanya memberikan siraman rohani setelah selesai ziarah ke makam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, kemudian ziarah ke Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan diteruskan hingga akhir sebagaimana susunan yang ada, setelah selesai para peziarah boleh melanjutkan sendiri ziarah ke makam yang dikehendaki.



Penutup

Tiada kata yang pantas diucapkan kecuali puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada kami hingga dapat menyelesaikan pendokumentasian sekilas biografi beberapa aulia Allah yang ada diturbah Zanbal dengan mengutip dari beberapa kitab yang dikarang oleh ulama-ulama tarim.

Sejuta harapan kami gantungkan semoga buku kecil ini bermanfaat bagi kami khususnya, para pembaca, serta umat islam pada umumnya, namun kamipun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini baik dalam penulisan, bahasa, maupun cara penyampaian, semua itu karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca selalu kami harapkan, akhirnya kami ucapkan selamat membaca.



وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اّله وصحبه أجمعين والحمدلله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته







Tarim al_Ghanna

Referensi

- Al-Masyra' Ar-Rawi, Muhammad bin Abu Bakar Asy-Syili Ba'alawi percetakan : Muassasah Fuad Ba'inu lit-tajlid C: II 1982 M. 1402 H
- Syarah Ainiyah, Ahmad bin Zein bin Alwi Al-Habsyi percetakan : Karjaya Singapura C: I 1987 M. 1407 H
- Min A'qob Bidh'ah Al-Muhammadiyah At-Thahirah, Alwi bin Muhammad bin Ahmad Bilfaqih Darul-Muhajir Tarim Hadhramaut.
- Silsilah A'lam Hadhramaut.
- Al-Amali, Ahmad bin Abdurrahman bin Ali As-Segaff, Ta'liq : Thaha bin Husain As-Segaff Darul-Muhajir C: I / 1998 M. 1419 H
- Al-Maslakus Sawi fi Jam'i Fawaid Muhimmah minal Masyra' Ar-Rawi, Ahmad bin Zein bin Alwi Al-Habsyi Darul-Maqam Al-Imam Ahmad bin Zein C: I 2004 M. 1425 H
- Tarajim Mukhtasharah, Al-Habib Sa'ad Muhammad bin Alwi Al-Aydrus C: I 2007 M. 1428 H
- Al-Imam As-Syeikh Abdurrahman As-Segaff, Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur Al-Adani Percetakan : Far'u ad-dirosat wat-turos C: I 2002 M. 1422 H
- Tuhfatul Ahbab, Umar bin 'Alwi bin Abi Bakar Al-Kaff Darul-Hawi C: I 2002 M. 1423 H
- As-Syajarah Az-Zakiyah fil-ansab wasairi ali Baitin Nubuwah, Yusuf bin Abdullah Jamalullail.
- Khulashatul khabar, Umar bin Alwi bin Abi Bakar Al-Kaff.


Daftar Isi


1. Halaman Judul i
2. Keterangan ii
3. Kata Sambutan Cet. I 01
4. Kata Sambutan Cet. II 02
5. Muqoddimah 03
6. Biografi Al-Habib Al-Faqih Al_Muqaddam 07
7. Biografi Al-Habib Alwi bin Al-Faqih 09
8. Biografi Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Al-Faqih 13
9. Biografi Al-Habib Abdurrahman As-Segaff 17
10. Biografi Al-Habib Ali bin Alwi Khali' Qosam 27
11. Biografi Al-Habib Muhammad bin Hasan Jamalullail 29
12. Biografi Al-Habib Muhammad bin Ali Maula 'aidid 32
13. Biografi Al-Habib Syeikh bin Abdurrahman As-Segaff 33
14. Biografi Al-Habib Umar Al-Mihdhar 36
15. Biografi Al-Habib Alwi bin Syihab 46
16. Biografi Al-Habib Abdullah bin Abdurrahman As-Segaff 50
17. Biografi Al-Habib Sulthanul Mala' Abdullah Al-Aydrus Al-Akbar 51
18. Biografi Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad 59
19. Biografi Al-Habib Abdullah bin Syeikh Al-Aydrus Shafwatul Alawiyin 64
20. Biografi Al-Habib Abdullah bin Ahmad Al-Aydrus 66
21. Biografi Al-Habib Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaff 68
22. Biografi Al-Habib Hamid bin Umar bin Hamid Al_Munaffir 70
23. Susunan dan Tata tertib ziarah Turbah Zanbal 72
24. Penutup 74
25. Referensi 75
26. Daftar isi 76
27. Denah Turbah Zanbal 77
28. Keterangan berdasarkan angka 78
29. Keterangan berdasarkan huruf 79


































KETERANGAN BERDASARKAN ANGKA

1. Al-Habib Al-Faqih Al-Muqaddam.
2. Al-Habib Alwi bin Al-Faqih.
3. Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Al-Faqih.
4. Al-Habib Abdurrahman As-Segaff.
5. Al-Habib Ali bin Alwi Khali' Qasam.
6. Al-Habib Muhammad bin Hasan Jamalullail.
7. Al-Habib Muhammad bin Ali Maula Aidid.
8. Al-Habib Syeikh bin Abdurrahman As-Segaff.
9. Al-Habib Umar Al-Mihdhar.
10. Al-Habib Alwi bin Syihab dan anaknya Muhammad.
11. Al-Habib Abdullah bin Abdurrahman As-Segaff.
12. Menghadap ke arah ahli Al-Furaith.
13. Al-Habib Sulthanulmala’ Abdullah Al-Aydrus.
14. Al-Habib Abdullah Al-Haddad.
15. Al-Habib Hasan bin Abdullah Al-Haddad.
16. Al-Habib Abdullah bin Syeikh Al-Aydrus shafwatul alawiyin.
17. Al-Habib Abdullah Al-Aydrus Shohibut Thoqoh
18. Al-Habib Abu bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaff.
19. Al-Habib Hamid bin Umar bin Hamid Al-Munaffir











TAMBAHAN KETERANGAN BERDASARKAN HURUF :

a. Habib Abu Bakar Basyamileh bin Abdullah bin Abdurrahman As-Segaff
b. Habib Muhammad bin Ali Maula Dawilah.
c. Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih (Allamatuddunya)
d. Habib Abdullah bin Husain Bilfaqih
e. Habib Hasan bin Muhammad Asadullah
f. Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (pengarang Bugyah)
g. Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri
h. Habib Hasan bin Abdullah As-Syatiri
i. Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri (pengarang Yaqut An-Nafis)
j. Habib Muhammad bin Alwi bin Syihab
k. Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad
l. Syarifah Aisyah binti Umar Al-Mihdhar
m. Habib Ja'far bin Ahmad Al-Aydrus
n. Habib Agil bin Abdurrahman As-Segaff
o. Abul faqih Habib Ali bin Muhammad
p. Ummul fuqara Hababah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Shahib Mirbath (istri faqih muqaddam)
q. Habib Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Faqih Muqaddam (Shahib Imamah).









Catatan :

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………