Kamis, 07 Mei 2009

Tidak Ada Kecuali Wahyu

Tidak Ada Kecuali Wahyu

Tegar, keras dan penuh wibawa adalah ciri khas rohis, khutbah, ceramah, kultum, dll. dari ulama Hadhramaut. Setiap hari Jum'at Masjid Ar-Raudhah –masjid yang biasa di isi pelajar Darulmusthafa dan sebagian mahasiswa kuliah Syariah Dan Hukum Ahgaff- menjadi saksi sebuah khutbah yang indah dan berkesan, syeikh Umar al-Khatib selaku khatib mengupas tentang bagaimana Nabi Muhammad saw. Sebelum diutus sebagai rasul. Ia (Nabi) dengan kejujurannya memikat hati masyarakat, dengan keikhlasannya beliau hidup dengan usaha sendiri, sempat mengembala kambing dan berdagang untuk Khadijah ra. yang kemudian menjadi istri tercintanya.
Dalam Hadits hadits yang shahih, setelah menikah, sebelum menerima wahyu ia (Nabi) beribadah di goa hira. Suatu hari, datang Malaikat Jibril dan berkata:"Iqra'" Nabi pun takut dan menjawab :"Aku tidak pandai membaca", kemudian ia (Jibril) pegang erat badan Nabi sampai ia (Nabi) merasa lemas, kemudian ia lepas, dan hal ini terulang tigakali, Kemudian Jibril menyampaikan wahyu :"Iqrabismirabbika…". Nabi pun pulang dgn rasa takut dan berkata kepada Khadijah ra.:"Selimuti Aku, selimuti aku". Dan ia ceritakan kejadian tsb kepada istrinya dgn rasa takut yang mendalam. Ia (Khadijah) berkata :"Tidak, demi Allah swt. tidak akan ia (Allah) menghina dan menyiksamu, engkau selalu bersilaturrahmi, meringankan beban orang lain, membantu fakir miskin, menjamu tamu, menolong orang yang kena musibah". Khadijah ra. merupakan istri yang bijak ia mengerti dan memahami sikon Nabi, bahwa orang yang telah datang kepadanya bukanlah dari makhluk manusia, dan itu terlihat dari muka Nabi yang bercahaya, tidak terlintas di wajahnya suatu kobohongan, kemudian ia (Khadijah) pergi bersama Nabi untuk menemui pamannya Waraqah bin Naufal –ia adalah orang yang berpegang teguh dengan agama nasrani yang hakiki- sesudah Khadijah bercerita kepadanya, Waraqah menjawab :"Ia adalah Namus (Jibril) yang datang kepada Musa, alangkah senang hatiku, jika aku masih hidup, ketika mereka mengeluarkanmu", Nabi terheran dan berkata:"Apakah benar mereka mengeluarkanku", Waraqah menjawab :"Benar, alangkah senang hatiku, jika aku menjadi penolongmu, ketika masyarakat dan keluargamu mengusirmu". Nabi pun merasa sedih dengan keluarganya, sementara wahyu, tidak kunjung turun kepadanya, sampai ia berangan untuk tidak menerima wahyu. Suatu hari, ia pergi ke gunung tanpa diketahui istrinya Khadijah. Ketika itu, terdengar suara, Nabi pun menoleh ke depan, belakang dan samping, sampai ia tahu bahwa suara tsb dari langit, kemudian ia lihat Jibril duduk di atas kursi dengan rupanya yang asli. Nabi pun kembali ke rumahnya dan berkata kepada istrinya :"Selimuti aku, Selimuti aku", sampai turun kepadanya wahyu "Yäayuhalmuddatsir Qum fa'andzir…". Yang ingin saya kutip dari sini adalah Nabi Muhammad saw. hanyalah seorang Quraiys yang buta huruf, dan bukan pujangga yang pandai merangkai kata dan syair. Ia tidak pernah mengutip al-Qur'an dari orang lain seperti Waraqah bin Naufal.
Maka hati-hatilah! banyak siaran media televisi, Koran, internet ataupun buku-buku karangan orientalis barat yang sudah mengarah dakwah kekufuran. Tidak ada pencemaran terhadap Nabi saw. kecuali sama dengan apa yang telah diperbuat kaumnya pada masa hidupnya. Ingatlah, bahwa kita mempunyai sumber yang jauh lebih akurat dan shahih seperti al-Qur'an dan sunnah (seperti Shahih bukhari dan Muslim), saya teringat dalam satu hadits, sebelum masuk ke medan pertempuran, Nabi saw. menunjuk kepada seorang lelaki bahwa ia penghuni neraka, seorang sahabat terkejut dan meninggalkan majlis rasulullah saw. Ketika peperangan selesai, sahabat tersebut mengelilingi medan peperangan dan mencari lelaki yang telah Nabi isyaratkan, tidak lama kemudian, ia melihat lelaki tsb sedang sakit parah dengan luka-lukanya, seketika ia menusukkan pedang ke tubuhnya sampai menembus badannya, sahabat tsb akhirnya datang dan menceritakan bahwa lelaki tsb tewas dgn bunuh diri. Nach, kebenaran Nabi saw. bahwa ia tidak mengatakan sesuatu kecuali dari wahyu begitu yakin dalam diri sahabat tersebut, bagaimana dgn kita?.
Dalam hadits lain: Sebelum Nabi dan sahabat berencana ke Makkah untuk Umrah, Rasulullah saw. Bersabda:"Kalian akan thawaf ke Masjidil-haram". Ketika mendekati kota Makkah, kaum musyrikin menahan Rasul dan sahabat untuk thawaf dan berjanji akan mengijinkan mereka pada thn yang akan datang, Umar bin Khattab ra. Berkata:"Apakah orang yang terbunuh dari mereka masuk neraka? Dan orang yang terbunuh dari kaum muslim masuk surga", Rasulullah saw. menjawab:"benar, dan kalian akan thawaf di Masjidil-haram". Umar bin Khattab ra. merasa belum puas, sampai Abubakar As-Siddiq berkata:"Rasulullah tidak mengatakan bahwa kita akan thawaf pada thn ini, tetapi kita akan thawaf ke Masjidil-haram". Apa masih belum yakin dengan aktual dan terpercayanya sabda Nabi saw?. Hemat saya, sering-seringlah mendengar syirah dzatiyah rasulullah saw. (perjalanan dan kepribadian baginda Nabi kita) apalagi Rasul saw. sudah menyampaikan :"Man ahbbani käna ma'I fil-jannah" (siapa yang mencintaiku dia akan bersamaku dalam surga) bukan hanya masuk surga, tapi bersama Nabi, hebatkan!!!!!!
>>>…Dikutip oleh: zMaNuTd…<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar