Rabu, 27 Mei 2009

Ahmad Al-Muhajir

Sayyid Imam Muhajir Ilallah
Zuhud dari harta dan tahta
(279 h.-345)

Silsilah dan nasab
Disaat kota Bashrah (Irak) dihantui teror pembunuhan demi kekuasaan politik dan kemewahan dunia, lahir seorang sayyid dari keturunan Husain, yaitu Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasul Saw. Sayyid Muhajir adalah cucu dari sulbi Rasulullah saw. yang kesembilan. lahir di Iraq pada zaman pemerintahan Abbasiyah. Tahun kelahirannya tidak diketahui dengan jelas, karena musnahnya referensi-referensi yang ada, dan yang yang kami sebutkan, hanyalah pendapat yang disebutkan oleh sejarawan Muhammad Dhiya Sahab setelah menela'ah beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa Sayyid Muhajir telah bertemu dengan An-Nabilisi Al-Bashri saat ia berumur empat tahun pada tahun 283 h. Tidak seorangpun yang mempertanyakan silsilah ini, ketika ia hidup. Nasab tersebut dipertanyakan kembali hanya untuk memperjelas sesudah ia Wafat dan meninggalkan keturunannya. Sebab itulah Ali bin Muhammad bin Jadid berlayar ke Iraq untuk memperkuat silsilah tersebut. Lebih dari seratus orang yang terpercaya bersaksi di kota Iraq atas nasab tersebut, begitu pula ketika musim haji di Makkah. Saat itu, tempat tumbuhnya Bashrah adalah kota yang dipenuhi para pedagang, di sana terdapat sebuah pelabuhan yang disinggahi oleh para nelayan yang membawa dagangannya ke Barat dan Timur.

Mengapa ia hijrah
Pada tahun 309 h. bergejolak fitnah-fitnah (fitnah orang kulit hitam (Zanji) dan pemberontakan kaum Qaramithah) di kota Irak, pada tahun itu pula, dibunuh Husein bin Manshur al-Khallaj di kota Bagdad. Musibah-musibah, peperangan, pembunuhan, munculnya pengikut dan pendukung bid'ah, cobaan dan ancaman terhadap sadah bani husein (cucu-cucu Rasul saw.), adalah faktor nyata yang menyebabkan mereka hijrah dari kota tsb. Kota Hadramaut bukanlah kota industri atau sumber kekayaan. Kekayaan yang melimpah dari Sayyid Muhajir sendiri ia tinggalkan di Bashrah untuk menyelamatkan diri dan agama seiring firman Allah swt.:

"ألم تكن أرض الله واسعة فتهاجروا فيها"

Bukankah bumi Tuhan swt. Sangat luas, kenapa kalian tidak hijrah.

Dan hadits:
"يفر بدين الله من الفتن"

Ia akan lari demi agamanya dari fitnah-fitnah.

Ia memilih sebuah perlayaran yang tidak sepi dari kesusahan dan kesedian. Al-Muhajir meninggalkan harta, pangkat khilafah dan memilih wadi (jurang/perkampungan di bawah gunung) yang di kelilingi gunung-gunung batu. Wadi tsb adalah Wadi Ahgaff. Beliau akhirnya berdomilisi di perkampungan husaisah (separuh marhalah dari kota Tarim). Perlayaran beliau dari Bashrah pada tahun 317 H. Pada tahun 318 H. beliau sampai di kota Madinah dan menetap selama setahun, pada tahun itu pula ia menunaikan ibadah haji di Baitullah yang saat itu kehilangan Hajar Aswad (karena dirampas oleh kaum Qaramithah, kemudian mereka kembalikan setelah dua puluh tahun). Kemudian ia melanjutkan perlayarannya ke Yaman dan Hadramaut hal ini sesuai dengan hadits Nabi "Apabila bergejolak fitnah, maka hijrahlah ke Yaman, karena negeri itu di berkahi" . Tempat pertama yang ia singgahi adalah perkampungan Jubail dan Hijrain, ia pun membeli tanah dan perkebunan di sana, kemudian ia berikan kepada Syawih (budak yang ia merdekakan). Sesudah pergi dari Hijrain, ia menetap di bukit Bani Jusyair. Tidak lama kemudian, ia berpindah dan menetap di Husaisah, inilah tempat ia di makamkan.
Kedatangan Sayyid Muhajir pada masa kepemimpinan keturunan Ziyad. Beliau hijrah dengan empat anaknya Ubaidillah, Alawi, Bashri, jadid serta kakek moyang keturunan al-Ahdal, dll. Ia berdakwah untuk melenyapkan kaum Abadhiyah yang tersebar di Hadramaut saat itu, para bangsawan pun datang ke tempatnya untuk mendengarkan nasihat-nasihatnya, para penjahat dan perampok datang kepadanya untuk bertaubat. Ketika ia datang, perkampungan Husaisah menjadi kota yang makmur dengan hidupnya sunnah-sunnah rasul saw. Sesudah wafatnya, Husaisah yang makmur dimusnahkan oleh Aqil bin isa al-Shabrathi pada tahun 839 h. Sekarang, Husaisah tidak makmur sebagaimana zaman al-Muhajir.

Hikmah dari perkataan Sayyid Muhajir
Imam At-Thabari meriwayatkan bahwa Ahmad Muhajir mengirim surat kepada sahabatnya yang berisi tentang persahabatan
وهل لي إلى ذاك القليل سبيل
فكل عليه شاهد ودليل
ألا إن إخوان الثقات قليل
سل الناس تعرف غثهم من سمينهم


Perhatikanlah, sesungguhnya kawan yang terpercaya sangatlah sedikit, adakah jalan bagiku untuk menggapai hal itu, tanyakan orang-orang, maka engkau akan tahu keburukan dan kebaikannya, semua akan bersaksi dan menghujat terhadapnya.

Hadist yang ia diriwayatkan
Dalam buku-buku sejarah dan hadits terdapat beberapa nama Ahmad bin Isa, oleh karena itu, susah menentukan hadits yang ia riwayatkan. Muhammad dhiya Syahab menulis dua hadits riwayat Sayyid Ahmad Muhajir dalam bukunya "Al-Imam Al-Muhajir". Salah satu hadits yang akan kami paparkan adalah hadits yang ia (Ahmad bin Isa) riwayatkan dari Abbad bin Ya'qub Al-Asir ia berkata Meriwayatkan kepada kami Habib bin Arthah dari Muhammad bin dzakwan dari Amar bin Khalid ia berkata meriwayatkan kepada kami Zayid bin Ali dan ia sedang memegang rambutnya, ia berkata meriwayatkan kepadaku bapakku Ali bin Husain dan ia sedang memegang rambutnya, ia berkata meriwayatkan kepadaku kakekku Ali bin Abi Thalib dan ia sedang memegang rambutnya dari Rasulullah saw. dan ia sedang memegang rambutnya :

"من آذى شعرة مني فقد آذاني، ومن آذاني فقد آذى الله، ومن آذى الله لعنه الله ملء السموات وملء الأرض"

"Siapa yang menyakiti sehelai rambutku, maka ia telah menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, maka ia telah menyakiti Allah, dan siapa yang menyakiti Allah, maka ia dilaknat oleh Allah seluas langit dan bumi".) (

Tidak ada komentar:

Posting Komentar